"Dulu, Orang Masih Mengandalkan Bus Untuk Bepergian"
”Kalau dulu mobil dan motor masih sedikit. Orang masih mengandalkan bus untuk bepergian,” katanya.
![](https://asset-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/20140723_141800_pemeriksaan-tes-urine-bagi-pengemudi-angkutan-lebaran.jpg)
TRIBUNNEWS.COM,SURABAYA - Menjadi sopir bus bukan pekerjaan yang mudah. Semakin hari tekanan di jalan semakin berat terasa. Masih menurut Jamal, kondisi lalu lintas sekarang semakin padat.
Bus penumpang sering terjebak kemacetan, karena harus bersaing dengan kendaraan ukuran jumbo seperti trailer. Atau mobil pribadi yang jumlahnya semakin banyak.
”Kalau dulu mobil dan motor masih sedikit. Orang masih mengandalkan bus untuk bepergian,” katanya.
Kondisi tersebut juga meningkatkan persaingan di antara sopir bus, utamanya yang satu trayek. Jika tidak bisa mengendalikan emosi, para sopir kerap terlibat adu balap.
Mereka berharap bisa mengambil penumpang sebanyak-banyaknya, sebelum diambil bus lain.
”Karena kalau kami bawanya (bus) nyantai, diserobot sama bus belakangnya. Makanya lebih enak kalau sistemnya persentase. Dapat berapapun tetap dibagi sesuai perjanjian,” tutur Jamal.
Disisi lain, masyarakat berpendapat bahwa kendaraan besar seperti bus selalu dalam posisi salah.
Jika terjadi kecelakaan, bus biasanya langsung menjadi sasaran amuk massa.
Padahal sebenarnya, sopir bus selalu mengambil tindakan agar jangan sampai jatuh korban jiwa.
”Tidak ada ceritanya kami sengaja menabrak, meski ada pengguna motor yang memotong jalur kami. Tapi kalau terjadi kecelakaan, masyarakat langsung menghancurkan bus,” pungkasnya. (day)