Sambut Tahun Baru Islam, Warga Tasikmalaya Pawai Obor
Sudah menjadi kebiasaan bagi masyarakat Tasikmalaya, Jawa Barat, menggelar pawai obor untuk merayakan pergantian tahun hijriah.
Editor: Anita K Wardhani
TRIBUNNEWS.COM, TASIKMALAYA - Sudah menjadi kebiasaan bagi masyarakat Tasikmalaya, Jawa Barat, menggelar pawai obor untuk merayakan pergantian tahun hijriah. Seperti tampak pada Jumat (24/10/2014) malam. Di beberapa ruas jalan utama digelar pawai oleh masyarakat setempat untuk merayakan tahun baru 1 Muharam 1436 Hijriyah.
Misalnya di sepanjang Jalan Tasikmalaya-Manonjaya. Dipimpin oleh marching band di bagian depan, arak-arakan masyarakat bahkan mencapai beberapa kilometer. Pawai diikuti oleh anak-anak, remaja, orang dewasa hingga orang tua. Mayoritas berjalan kaki. Tetapi ada sebagian yang naik kendaraan bak terbuka dan sepeda motor.
Masyarakat yang berasal dari Desa Kamulyaan, Kecamatan Manonjaya, dengan antusias membawa oncor serta lampion, berjalan sambil terus melantunkan shalawat atau bernyanyi lagu-lagu islami. Suasana bertambah meriah karena beberapa kelompok membawa serta bedug dan menabuhnya dengan ketukan yang harmonis.
Jayan Sopyan Ketua Karang Taruna Desa Kamulyaan kepada Warta Kota (Tribunnews.com Network) mengatakan, konvoi oncor dan lampion sudah digelar secara rutin sejak puluhan tahun silam di wilayahnya. Pawai seperti itu kata dia seolah suddah menjadi budaya tersendiri. Hanya saja, pawai kali ini terbilang spesial karena melibatkan hampir seluruh warga desanya.
"Sekitar 3000 orang turut berpartisipasi dalam pawai. Biasanya tidak sebanyak seperti sekarang ini. Ini untuk memperingati tahun baru Islam. Kalau ditanya artinya, tentu kami punya harapan baru di tahun baru ini. Sekaligus sebagai lambang bersyukur," katanya, Jumat malam.
Keikutsertaan anak-anak dalam pawai, kata dia, agar mereka dapat meneruskan tradisi perayaan tahun baru islam.
"Agar budaya ini tidak terputus. Jaman sekarang masyarakat merayakan hal-hal yang sebenarnya bukan budaya kita, misalnya tahun baru dan valentine. Justru pada saat tahun baru islam, banyak masyarakat melupakannya atau parahnya malah tidak tahu," jelasnya.
Pawai obor tersebut menarik perhatian masyarakat. Orang-orang tampak berbaris di tepi jalan, menyaksikan pawai. Tidak sedikit pula pengendara kendaraan yang berhenti untuk melihat pemandangan langka tersebut. Sementara, para petugas kepolisian dibantu anggota koramil setempat bertugas mengatur lalu lintas, agar kemacetan tidak panjang.
Sementara itu, di daerah Singaparna ratusan masyarakat juga berkonvoi. Masyarakat awalnya datang dalam kelompok terpisah-pisah dari beberapa desa. Tetapi begitu sampai di pusat kota Singaparnaa, kelompok-kelompok tersebut bergabung, sehingga pawai oncor dan lampion tampak begitu panjang. Arak-arakan mengelilingi kota dan menjadi perhatian masyarakat untuk menyaksikannya.
Andri Permana (30), warga RT013/03 mengatakan, pawai di daerahnya sudah berlangsung turun menurun sejak jaman dulu. Setiap pergantian tahun islam, katanya, para orangtua di tempatnya selalu menyerukan anak-anaknya dan para pemuda untuk ikut pawai.
"Jaga saja supaya budaya ini tidak hilang. Tahun baru islam patut dirayakan meskipun dengan sederhana. Dengan pawai ini, masyarakat juga bisa bersilaturahmi," kata Andri.