Warga Dolly Tunggu Janji Sejahtera, Pasca Penutupan Lokalisasi
“Tapi sampai sekarang tidak ada realiasasi dari pemkot untuk membantu perekonomian warga Dolly pasca-penutupan,” katanya.
TRIBUNNEWS.COM,SURABAYA - Empat bulan pasca penutupan, situasi di Gang Dolly berubah drastis. Suara dentuman musik serta suara sendau gurau wanita-wanita cantik sudah tidka terlihat lagi.
Sepinya Gang Dolly berdampak pada urusan dapur beberapa warga.
Menurut Ridwan, Ketua RT05/RWXII di kawasan Dolly, beberapa warga sekitar yang dulu memiliki kios di sepanjang Gang Dolly, masih banyak yang menganggur.
Sebagian lagi bekerja serabutan.
“Ada memilih berjualan es tebu. Modalnya ya cari sana sini. Tidak ada bantuan dari pemkot. Itu yang saya sayangkan. Mengapa warga tidak diperhatikan. Seharusnya, pemkot mau membantu warga yang menggantungkan hidup di Gang Dolly,” kata Ridwan.
Dia mengaku sudah mendatangi lurah dan camat, namun tidak ada tanggapan berarti.
Menurut Ridwan, saat ramai-ramai penutupan Dolly, pemkot sudah melakukan survei untuk keperluan warga yang dampak langsung oleh penutupan.
“Tapi sampai sekarang tidak ada realiasasi dari pemkot untuk membantu perekonomian warga Dolly pasca-penutupan,” katanya.
Meski sudah bersih, masih saja terselip transaksi seks di Dolly, terutama di malam hari.
Puluhan pria, yang kebanyakan mantan karyawan wisma, turun ke jalan menjajakan layanan pekerja seks komersial (PSK).
Yang mereka tawarkan, ya para perempuan eks penghuni Gang Dolly, yang nekat bertahan pasca-pemulangan.
Mereka berpindah, hidup di kos-kosan di kawasan Putat.
Berbeda dengan dulu, yang mengandalkan pengunjung wisma, sekarang mereka mengandalkan orderan dari para makelar yang mencari pelanggan di pinggir jalan Gang Dolly.
Warga kata Ridwan, tidak begitu menghiraukan aktivitas tersebut. (idl)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.