Kapten DK Nur Azriana Perempuan Pertama di Brunei Darussalam yang Jadi Pilot
Nur merupakan perempuan pertama di Brunei Darussalam yang menjadi pilot
Editor: Budi Prasetyo
TRIBUNNEWS.COM.TARAKAN - Tidak hanya TNI Angkatan Udara yang menugaskan pilot perempuan dalam Latihan Bersama Brunei Darussalam - Indonesia (Bruneisia). Pihak Tentera Udara Diraja Brueni (TUDB) juga mempercayakan pilot perempuannya dalam event bilateral ini. Menariknya, sosok ini merupakan pilot perempuan pertama di Brunei Darussalam.
Namanya Kapten DK Nur Azriana PG Hassanan. Perempuan yang akrab disapa Nur, merupakan perempuan pertama di Brunei Darussalam yang menjadi pilot dan menerbangkan helikopter jenis Bell-212 dan Black Hawk.
Nur merupakan lulusan University of Bristol United Kingdom. Menjadi pilot di TUDB bukan cita- citanya. Namun ia mewujudkannya demi memenuhi permintaan ibunda tercinta. "Sebagai seorang anak yang berbakti terhadap orangtuanya, saya akhirnya memenuhi keinginan sang bunda," ungkap putri dari pasangan PG Hassanan PG Johari dan Hassamah Zriana Abdullah.
Tahun 2009, Nur masuk di TUDB. Selama setahun menempuh pendidikan militer udara, Nur dipilih dan dipercaya atasannya untuk menempuh pendidikan menjadi seorang pilot di Australia. "Saya terima tugas itu dan menempuh pendidikan pilot di Australia selama setahun setengah. Setelah lulus, saya kembali ke Brunei Darussalam dan akhirnya dipercayakan untuk menerbangkan helikpoter Bell-212 dan Black Hawk," tuturnya.
Dengan mendapatkan sertifikat sebagai seorang pilot, Nur mencatatkan dirinya dalam sejarah Brunei Darusaalam sebagai pilot perempuan pertama di TUDB dan dipercaya mengikuti operasi militer.
Perempuan berhijab ini menuturkan, saat pertamakali menerbangkan helikpoter, ia grogi. Namun setelah berada di udara, ia begitu senang menikmati pemandangan alam dari helikopter yang dikemudikannya.
"Menjadi seorang pilot itu ternyata menyenangkan. Saya sangat bersyukur kepada orangtua saya, terutama kepada ibunda yang menyuruh saya masuk TUDB. Kalau bukan karena ibunda, mungkin saya tidak bisa seperti ini," ujar anak pertama dari empat saudara, kelahiran Brunei 23 Maret 1985 silam.
Menurut Nur, alasan ibunda meminta dirinya masuk di TUDB karena sang bunda yakin bahwa berkarir di TUDB sangat baik. "Ibu saya bilang karir di TUDB bagus sekali, dan akhirnya saya jadi seperti ini. Begitupula adik saya, ada juga yang menjadi perwira polisi militer Brunei," ujarnya.
Selama tiga tahun menjadi pilot, perempuan yang memiliki jam terbang sebanyak 650 jam ini dipercayakan ke Kota Tarakan, Indonesia. Ini wilayah paling jauh yang pernah dikunjunginya. "Paling jauh ya Tarakan ini, perjalanan ke sini kami tempuh tiga jam lebih, karena kami transit dulu di Kinabalu Malaysia untuk mengisi bahan bakar," ujarnya.
Hingga kini Nur belum berencana untuk menikah. Ia masih ingin fokus menekuni profesinya sebagai seorang pilot. "Saya ini belum berpikir untuk punya pacar apalagi menikah. Saya ingin fokus dulu menjalani profesi ini. Sebab profesi ini sangat menyenangkan bagi saya," tutur Nur yang kagum dengan keindahan dan kebersihan Kota Tarakan.(*)