Cewek Ini Tak Panik Bawa Sabu Rp 16 Miliar Masuk Indonesia
Tidak tanggung-tanggung, wanita asal Medan itu berusaha meloloskan sabu-sabu seberat 7,74 kilogram (senilai sekitar Rp 16 miliar) dari Malaysia.
Editor: Y Gustaman
TRIBUNNEWS.COM, SEMARANG - Sejumlah wanita yang menjadi kurir jaringan narkoba internasional kini menyesali perbuatannya. Mereka ingin mendapatkan keringanan hukuman, namun tak tahu bagaimana caranya.
RS (39) yang ditangkap di Bandara Ahmad Yani Semarang pada Agustus 2012 lalu, tidak menyangka akan menghabiskan seluruh sisa hidupnya di balik jeruji besi. Wanita berambut sebahu itu, harus mempertanggungjawabkan perbuatannya lantaran menjadi kurir narkoba. Tidak tanggung-tanggung, wanita asal Medan itu berusaha meloloskan sabu-sabu seberat 7,74 kilogram (senilai sekitar Rp 16 miliar) dari Malaysia.
Dalam wawancara dengan Tribun Jateng di Semarang belum lama ini, RS nekat menjadi kurir narkoba karena tergiur iming-iming rupiah. Sekali jalan, RS mendapat upah Rp 20 juta. Menurutnya, ia telah dua kali membawa sabu masuk ke Indonesia. "Yang pertama lolos (menyebut nama bandara yang dilaluinya). Yang kedua, tertangkap di Semarang," kata dia.
Berdasarkan catatan Direktorat Narkoba Polda Jateng, RS pernah mengirimkan barang haram yang sama melalui Bandara Adi Sumarmo Solo. Modus yang digunakan sama. RS mengemas sabu tersebut di dalam dinding koper. Setelah ditempel di pinggir dinding dalam koper, lalu dilapisi aluminium foil agar tidak terdeteksi.
Pengadilan Negeri Semerang akhirnya memvonis RS dengan pidana penjara seumur hidup pada 2013. Kini RS meringkuk di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Wanita Semarang , sambil menunggu upaya hukum berikutnya.
Saat RS ditangkap di Bandara A Yani Semarang, petugas bea cukai sempat terheran-heran. Lantaran, RS sama sekali tidak merasa panik. Bahkan saat kopernya dibongkar petugas, ia tetap santai. RS baru panik ketika mengetahui berapa jumlah narkoba yang dibawanya. RS mengatakan, berdasarkan order dari bandar, sabu yang berada di dalam tasnya hanya dua kilogram. Namun setelah ditangkap, ternyata jumlahnya empat kali lipat.
RS mengaku bisa tenang karena menurut keterangan orang yang "merekrut" , sebut saja Nova, dalam setiap perjalanan membawa barang haram ke Indonesia, selalu ada orang yang "mengawal" untuk mengamankannya. Hal lain yang membuatnya tenang, sebelumnya ia telah berhasil meloloskan narkoba ke Indonesia tanpa tertangkap. "Sepertinya saya memang sudah diumpankan," tuturnya.
RS mengisahkan detik-detik ketika dirinya ditangkap. Saat tiba di Bandara Ahmad Yani, petugas bea cukai langsung memisahkan dirinya. Merasa selalu ada yang "mengawal" ia sama sekali tidak khawatir. Ia tetap memasang wajah tenang dan berjalan santai ketika digiring petugas. Dalam pikirannya waktu itu, ia dipisahkan hanya karena urusan imigrasi.
"Pengawalan" dari sindikat narkoba sangat ketat. Menurut RS, mereka bekerja profesional. Contohnya saat ia menjalankan tugas perdananya. Di bandara di Malaysia, telah ada orang yang menjemputnya dan langsung membawanya ke hotel. Sampai di hotel, sebuah kamar telah dipersiapkan untuk dirinya. Setelah itu, ia menerima telepon dari bandar. "Saya ditelepon untuk mengambil tas yang ada di depan pintu kamar. Saya tidak tahu siapa yang membawa dan meletakkannya," terang RS.
Setelah tas berada di tangannya, tidak lama kemudian sudah ada orang yang menjemputnya dan mengantar RS ke bandara. Tugas perdana RS berlangsung sukses. Ia lolos dan berhasil membawa tas tersebut ke Indonesia.
Namun RS tidak tahu berapa barang haram yang dibawanya. Ia sama sekali tidak membuka tas. Terlebih sesampainya di Indonesia, ia langsung diarahkan oleh seseorang tentang langkah selanjutnya. "Tas itu saya bawa ke Jakarta. Saya naik kereta ke Jakarta. Begitu tas sudah diambil, uang sebagai fee langsung ditransfer ke rekening," jelas dia.