Rais Biarkan Luka Tembaknya Kering Alami di Tahanan
”Ada urat kaki yang rusak (karena tembak), sehingga masih merasa nyeri kalau dipakai jalan,” katanya usai menunjukkan bekas luka yang sudah menghitam
Interogasi ini berlangsung beberapa jam. Ia melihat polisi sedikit emosi mendengar jawaban.
Rais dianggap sengaja menyembunyikan nama-nama anggota komplotan lainnya.
Sekitar pukul satu tengah malam, dia kembali dimasukkan ke dalam mobil, dengan mata tetap ditutup.
Laju mobil berhenti di satu tempat. Rais tak tahu lokasinya karena penutup mata tetap tidak dibuka.
Yang bisa ia kenali hanyalah, ketika itu, tempat tersebut cukup sepi. Tidak terdengar deru kendaraan berlalu lalang.
Dari tempat duduknya di jok tengah mobil, dia diajak keluar. Nah, setelah keluar dari dalam mobil itulah, dalam keadaan masih menahan kantuk, letusan tembakan berbunyi.
“Yang saya rasakan, sakit sekali. Saya kira waktu sudah mati,” kenangnya.
Setelah menjalani prosesi suntik peluru, Rais kembali dimasukkan mobil. Rasa kantuknya hilang lantaran menahan sakit selama dalam perjalanan.
Tutup matanya baru kembali dibuka saat ia tiba di ruangan. Ia sempat mengira itu rumah sakit. Tapi setelah melihat, ternyata itu tahanan Polrestabes Surabaya.
”Lukanya dijahit ya di tahanan itu. Baru sembuh sekitar tiga bulan itu,” jelas Rais.
Rais memang mengakui telah terlibat dalam aksi kriminal. Namun tembakan nonprosedural yang dia alami, cukup dia sesalkan.
Hal ini pun sama seperti yang dirasakan keluarganya yang pernah berencana menuntut kepolisian karena penembakan di luar prosedur tersebut.
“Kebetulan ada tetangga yang kerja jadi pengacara. Keluarga sempat kepikiran untuk menuntut. Tetapi kemudian batal karena luka di kaki juga sudah sembuh,” pungkas dia. (tim lipsus surya)