Dewi Yull Tularkan Ilmu Maklum di Semarang
"Saya ketemu anak saya seminggu sekali. Apa yang mereka lakukan? Main game bu, kita harus maklum. Bahkan, saya pun belajar main play station," katanya
TRIBUNNEWS.COM,SEMARANG- Lama tidak terdengar kabarnya, Raden Ayu Dewi Pujiati (53) atau dikenal sebagai Dewi Yul muncul di DP Mal jalan Pemuda, Semarang, Jumat (28/11).
Artis kawakan itu menjadi motivator ratusan ibu yang mengikuti Parenting Show 2014 yang digelar BKKBN Perwakilan Provinsi Jawa Tengah.
Di depan ratusan perempuan, ia menularkan ilmu maklum. Sebuah ilmu yang dijaminnya bisa mengurangi stress menghadapi anak-anak.
"Saya ketemu anak saya seminggu sekali. Apa yang mereka lakukan? Main game bu, kita harus maklum. Bahkan, saya pun belajar main play station," katanya yang disambut tawa pengunjung.
Ia mengatakan, selama seminggu penuh bisa jadi anak-anak berkutat pelajaran pesantren atau kuliah.
Bagi mereka kepulangan ke rumah adalah surga. Tidak baik kesenangan mereka diganggu.
Perempuan kelahiran 10 Mei 1961 itu menambahkan, ketika sudah puas pasti anak-anak akan bersandar pada orangtua.
Seperti anaknya yang meminta pijat. Saat itulah, waktu yang tepat untuk mengobrol.
Ibu empat anak itu juga memotivasi cara memperlakukan anak berkebutuhan khusus dengan anak normal. Dewi memang punya empat anak.
Dua di antaranya tuna rungu yaitu Gizca Puteri Agustina Sahetapy (alm) dan Panji Surya.
Sedangkan dua anak lainnya terlahir normal yaitu Rama Putra dan Mohammad Raya Sahetapy.
"Mereka itu sama, yang berbeda hanya cara berkomunikasi. Saya memperlakukan mereka sama termasuk saat kesalahan," tuturnya.
Dewi bercerita anaknya Surya saat ini menjadi aktivis untuk para tuna rungu.
Anaknya berkembang sedemikian rupa hingga menjadi aktivis yang membela kepentingan para difabel.
Direktur Analisis Dampak Kependudukan BKKBN Pusat, Drs Suyono Hadinoto, Msc mengatakan baik anak berkebutuhan khusus dan anak normal punya masa golden age.
Periode emas itu biasanya terjadi pada 1.000 hari awal kehidupan.
Ia menjelaskan pada 1.000 hari pertama, Tuhan memberikan kesempurnaan. Dengan 120 juta sel, dengan otak yang terbentuk utuh, bisa membentuk organ tubuh lain yang belum sempurna.
"Kalau tidak dirangsang stimulan tepat akan jadi mubazir. Dampaknya tidak maskimal pertumbuhan, misalnya kecerdasan hanya sampai 70 persen," tuturnya.
Suyono mengakui capaian kecerdasan anak berkebutuhan khusus dan normal memang berbeda. Namun, hal itu tergantung dari cara didik orangtua dalam 1.000 hari awal keidupan.