Gama Sarankan Calon Pengantin Tes HIV
“Sakit yang dialami sama seperti orang sakit biasa. Jadi kadang dianggap hal biasa. Gejala-gejala tersebut ditunjang dengan tubuh yang semakin kurus.
TRIBUNNEWS.COM,SEMARANG- Penularan virus HIV terjadi akibat hubungan seks beresiko, transfusi darah, dan penggunaan jarum suntik tidak steril secara bergantian.
Virus ini lalu menyerang sistem kekebalan tubuh penderita yang membuat tubuh rentan terhadap penyakit.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Kota Semarang, Mada Gautama Soebowo mengatakan beberapa gejala orang terkena terjangkit HIV yakni penurunan daya tahan tubuh, diare, flu, sariawan yang tak kunjung sembuh, dan munculnya jamur di seluruh tubuh.
“Sakit yang dialami sama seperti orang sakit biasa. Jadi kadang dianggap hal biasa. Gejala-gejala tersebut ditunjang dengan tubuh yang semakin kurus. Jika beberapa tanda itu muncul perlu diwaspadai dan segera lakukan pengecekan ke puskemas atau rumah sakit,” ujar pria yang akrab disapa Gama ini.
Orang terkena HIV, lanjut Gama, tidak bisa diketahui secara pasti waktunya.
Hanya bisa diketahui melalui pengecekan ke puskesmas atau rumah sakit.
Bahkan gejala terjangkit HIV kadang baru diketahui setelah 5-10 tahun kemudian.
“Orang berpotensi kena HIV kalau orang tersebut melakukan seks beresiko tinggi. Untuk bisa mengetahui tertular atau tidak harus dimulai dalam diri pelaku. Jika menjadi pelaku seks beresiko tinggi sedini mungkin melakukan pengecekan,” ujarnya, belum lama ini.
Gama mengatakan Dinas Kesehatan memiliki enam program untuk penanggulangan HIV/AIDS yakni, Klinik Pelayanan Terapi Rumatan Methadon (PTRM) untuk mengurangi ketergantungan terhadap narkoba.
Layanan Alat Suntik Steril (LASS) untuk mencegah penularan HIV melalui penggunaan jarum suntik bergantian, Klinik Voluntary Conselling and Testing (VCT) untuk pemeriksaan pelaku seks beresiko tinggi dan penderita HIV.
Klinik Infeksi Menular Seksual (IMS) klinik bagi orang terkena penyakit kelamin, Prevention Mother To Child Transmission (PMTCT) pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak, dan Care, Support, Treatment (CST) yakni perawatan, dukungan, serta terapi bagi penderita HIV/AIDS.
“Pelayanan LASS selain disediakan alat suntik steril, juga disediakan kondom. Semua pelayanan tersebut diberikan gratis. Jika ditarik biaya silakan laporkan ke Dinas Kesehatan,” ujarnya.
Selain enam program tersebut, lanjut Gama, Dinas Kesehatan juga mempunyai program konseling kepada calon pengantin bekerjasama dengan pihak Kantor Urusan Agama (KUA). Sebelum menikah mereka dipersilakan melakukan tes HIV tanpa paksaan.
“Ini upaya kami mereduksi jumlah penularan HIV/AIDS. Model ini pertama kali akan dilakukan di Semarang. Saat ini sedang menunggu Perwal (peraturan wali kota) untuk teknis di lapangan. Kalau perda sudah ada yakni Perda nomor 4 tahun 2013,” ujarnya.