Maksimalkan Kandungan Tanin Katekin Dalam Teh Hijau
”Virus yang gagal fusi (tidak bisa memasuki sel) lama-lama akan mati, tidak menyebar, menular, atau menginfeksi orang lain,” jelas Prof Djoko
TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA - Teh hijau ternyata memiliki khasiat menyembuhkan HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus-Acquired Immune Deficiency Syndrome).
Rahasia besar ini terungkap berkat kerja cemerlang para peneliti di Institute of Tropical Desease (ITD) dan Universitas Airlangga (UA).
Direktur ITD Unair, Prof Nasronudin menjelaskan, temuan ini akan menjadi masa depan cerah bagi penyembuhan penyakit yang belasan tahun menjadi momok.
“Nantinya, obat herbal (dari teh hijau) itu bisa disajikan dalam bentuk kapsul,” tutur Prof Nasronudin, yang ditemui Surya(Tribunnews.com Network) di tengah ramainya peringatan Hari AIDS Sedunia, Senin (1/12/2014) lalu.
Prof Djoko Agus Purwanto yang memimpin tim penelitian memberikan penjelasan lebih detail.
Menurut pria kelahiran 1959 ini, teh hijau memiliki kandungan tanin katekin.
Zat inilah yang dimaksimalkan untuk membasmi virus HIV/AIDS. Khasiat zat ini, tentu saja, tidak bisa didapat hanya dengan menyeduh teh.
Daun teh itu mesti diolah secara khusus. Berbagai kandungan dan zat di dalamnya dipisahkan. Begitu juga dengan zat tanin katekin.
Zat ini, nantinya akan dikembangkan dalam bentuk kapsul, persis kapsul suplemen atau vitamin.
Menurut Prof Djoko Agus, zat tanin katekin bersifat reaktif terhadap protein. Sementara virus HIV sendiri berbentuk protein.
Nah, saat zat tanin katekin masuk aliran darah, ia akan mengikat protein, termasuk virus HIV.
Hasilnya, virus HIV tidak akan bisa berfusi atau bergabung dengan sel CD-4 yang merupakan sel kekebalan tubuh manusia.
”Virus yang gagal fusi (tidak bisa memasuki sel) lama-lama akan mati, tidak menyebar, menular, atau menginfeksi orang lain,” jelas Prof Djoko yang kini menjabat Sekretaris Komisi I Senat Akademik Unair.
Hasil riset ini memang masih pada tahap in-vitro. Zat dalam daun teh direaksikan dengan virus HIV di dalam Laboratorium BSL 3.
”Di Surabaya, laboratorium BSL 3 ini ada di ITD Unair. Tempat lain yang punya BSL 3 adalah Jakarta,” tambahnya. (idl/ben/day)