Dana Rp 43 Miliar Untuk Kurikulum 2013 di Jatim Terbuang Percuma
“Total kita sudah melakukan pelatihan untuk 8.000 guru di Jatim dengan anggaran sekitar Rp 8 miliar,” katanya.
TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA – Keputusan Menteri Kebudayaan, Pendidikan Dasar dan Menengah Anies Baswedan menghentikan pelaksanaan Kurikulum 2013 (K13), membuat upaya yang dilakukan pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten/kota seolaholah sia-sia.
Padahal untuk itu, anggaran triliunan rupiah sudah digelontorkan.
Di jatim saja, lebih dari Rp 43 miliar dikeluarkanuntuk mendukung pelaksanaanK13.
Anggaran tersebut digunakan untuk melaksanakan pelatihan guru mulai jenjang SD, SMP dan SMA/SMK sekaligus bantuan sosial (Bansos) untuk pendampingan K-13 di sekolah imbas.
Kabid TK, SD dan Pendidikan Khusus Dindik Jatim Nuryanto menerangkan, mulai tahun 2013 pihaknya sudah melakukan pelatihan persiapan K-13 secara serentak dengan sasaran 3.800 guru.
Selanjutnya pada tahun anggaran 2014, sasaran pelatihan bertambah menjadi 4.200 guru.
“Total kita sudah melakukan pelatihan untuk 8.000 guru di Jatim dengan anggaran sekitar Rp 8 miliar,” katanya.
Selain pelatihan, anggaran juga dikucurkan untuk pendampingan K-13 di tiap gugus di Jatim dalam bentuk bansos.
Terdapat 3.060 gugus di Jatim yang mendapat bansos ini masing-masing menerima Rp6 juta, atau total sebesar Rp18 miliar.
Tidak hanya di jenjang SD, Kabid Pendidikan Menengah Pertama dan Menengah Atas (PMP-PMA) Dindik Jatim Bambang Sudarto juga mengungkapkan hal serupa.
Selama ini, pihaknya telah menggelar berbagai pelatihan untuk meningkatkan mutu guru dalam menghadapi K-13. Namun itu sudah tidak berlaku setelah K-13 dihentikan.
Padahal, lanjut Bambang, tahun ini saja untuk jenjang SMP pelatihan sudah dilakukan untuk 400 guru dengan anggaran sebesar Rp1,65 miliar.
Guru-guru tersebut dilatih menggunakan konsep Training of Trainer (ToT) agar dapat mengimbaskan ke sekolah-sekolah dalam satu cluster.
Masing-masing cluster bisa terdiri dari tiga sampai lima sekolah tergantung jarak antar sekolah.
Pendampingan ini juga ada anggarannya. Di Jatim, dia mengaku ada 856 cluster induk yang masing-masing menerima anggaran sebesar Rp 22 juta.
Sehingga totalnya mencapai Rp18,8 miliar.
“Sekolah yang menjadi cluster induk ini bertanggung jawab untuk mengimbaskan K-13 ke sekolah lain dalam satu cluster,” tutur dia.