Ratusan Kolam Tinja Ancam Keselamatan KA Ambarawa-Kedungjati
Kami mewaspadai adanya kantong-kantong air dari bekas septiktank yang dulunya milik rumah warga yang berukuran besar
Editor: Budi Prasetyo
TRIBUNNEWS.COM.AMBARAWA - PT KAI terbilang cukup sukses dalam melaksanakan proyek reaktifasi jalur kereta api (KA) Stasiun Kedungjati, Kabupaten Grobogan hingga Stasiun Ambarawa, Kabupaten Semarang. Meski belum seratus persen, secara kasat mata sudah terlihat hasilnya. Lebih dari 500 bangunan yang sebagian besar adalah permukiman, saat ini sudah bersih dari bantaran rel jalur heritage tersebut.
Sejumlah stasiun lama juga direvitalisasi demi menghidupkan jalur kereta tertua yang lama mati suri ini. Rencananya, setelah proyek reaktivasi jalur Kedungjati-Ambarawa, PT KAI menargetkan pengoperasian jalur KA Ambarawa terhubung dengan jalur reguler hingga Jakarta.
Konsultan Pengawas Proyek reaktifasi jalur kereta api (KA) Stasiun Kedungjati-Tuntang, PT Dardela, Arista Gunawan mengatakan, dari sisi teknis pekerjaan sudah baik dan sesuai yang ditentukan. Sebanyak 27 paket pekerjaan mulai dari Stasiun Kedungjati hingga Stasiun Tuntang, Desember 2014 ini sudah selesai. Namun permasalahan baru muncul. Pihaknya kini justru mewaspadai terjadinya longsoran tanah dan labil dari bekas timbunan sampah dan kolam tinja atau septiktank. Sepanjang 36,7 kilometer jalur ini, diperkirakan ada ratusan kolam tinja bekas permukiman warga.
“Kami mewaspadai adanya kantong-kantong air dari bekas septiktank yang dulunya milik rumah warga yang berukuran besar. Ini menjadi membahayakan, sebab setelah dilakukan pengeprasan tanah posisi septiktank ada di atas dan rel kereta ada di bawahnya. Bisa jadi sewaktu-waktu jebol,” kata Arista, Senin (29/12/2014).
Pihaknya sebenarnya telah menyiapkan rekayasa untuk mengatasi masalah tersebut, dengan pemasangan retaining wall atau talut. Hanya saja belum semua jalur yang di kanan dan kiri rel berbukit itu dipasang retaining wall. Karena belum ada anggaran dan keterbatasan waktu. “Dalam perencanaan memang sudah kita proteksi dengan retaining wall agar nantinya setelah KA dioperasikan tidak terjadi longsoran. Tapi belum semua dipasang retaining wall,” jelasnya.
Selain bahaya akibat jebolnya septiktank, pihaknya juga mewaspadai kawasan di sekitar Stasiun Kedungjati, Kabupaten Grobogan. Sebab tanah tersebut bekas pasar dan dulunya untuk menimbun segala macam sampah, sehingga tanahnya menjadi gembur. Jika tidak ditangani secara baik rel bisa amblas. Sebenarnya masalah ini sudah diatasi dengan cara mengeruk tanah yang lama diganti dengan tanah baru. “Kalau longsor sekalian malah bisa ketahuan. Jadi kita tahu kondisinya dan bisa diperbaiki. Sehingga nantinya bisa lebih bagus ketika sudah dioperasikan,” kata Arista.
Menurut Arista, pihaknya meminta bentuan dari masyarakat untuk ikut mengawasi jika ada kekurangan atau masalah teknis, agar segera melaporkan sehingga cepat diperbaiki. Namun dia meminta agar laporan tersebut valid dengan bukti atau data-data pendukung, sehingga tidak merugikan kontraktor. “Kalau curiga boleh saja, kalau terbukti ya dibongkar dan diperbaiki. Tetapi kalau tuduhan itu salah dan sudah terlanjur dibongkar. Lalu siapa yang akan mengganti perbaikannya,” ujarnya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.