Demi Evakuasi QZ8501, Abdul Qodir Rela Tinggalkan Istri dan Anaknya
Dia bersama satu rekannya datang untu membantu tim SAR gabungan mengevakuasi penumpang dan badan pesawat AirAsia QZ8501.
Penulis: Rahmat Patutie
Editor: Rendy Sadikin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Abdul Qodir (30), relawan Bulan Sabit Merah Indonesia duduk bersandar di atas bangku Kapal Negara SAR. Dia bersama satu rekannya datang untu membantu tim SAR gabungan mengevakuasi penumpang dan badan pesawat AirAsia QZ8501.
Demi aksi kemanusiaan tersebut, Abdul pun rela meninggalkan istri dan dua buah hatinya yang masih berusia masing-masing empat tahun dan enam bulan.
Pria yang tinggal di kawasan Cililitan, Jakarta Timur, ini beralasan, sebagai relawan kemanusiaan, dirinya sudah berkomitmen untuk selalu berpartisipasi setiap misi kemanusiaan.
"Sudah menjadi kesepakatan pemahaman sama istri saya bahwa setiap ada penugasan relawan istri saya bersedia merelakan untuk setiap misi kemanusiaan," ujarnya kepada Tribunnews.com di atas kapal dari Kendari itu.
Timnya tiba Kamis (8/1) di Pelabuhan Kumai, Kalimantan Tengah. Sejak itu mereka sudah berkoordinasi dengan pihak Basarnas untuk menumpangi kapal mengarungi lautan lokasi titik duga jatuhnya pesawat yang hilang kontak Minggu (28/12) lalu.
"Kami akan mensupport tim SAR. Prinsipnya suka rela, ada misi saya bersedia untuk berangkat," katanya.
Abdul tak hanya asal berangkat. Demi melaksanakan misi kemanusiaan ini, ia bersama tim sudah merencanakan aksi lapangan sebelum tiba di tempat itu.
Misalnya saja, mereka menunggu instruksi dari SAR bahwa pihaknya akan ditempatkan di posko kemanusiaan atau ikut melakukan pencarian dan evakuasi.
Pria lulusan Ilmu Kesejahteraan Sosial FISIP Universitas Indonesia ini mengatakan, spesialisasi timnya adalah melakukan search and rescue. Kebetulan saja, mereka sempat dilatih oleh Basarnas di Jakarta.
Abdul mewakilkan relawannya sudah berkali-kali melakukan aksi nyata saat ada bencana. Sebut saja, kata dia, saat letusan Gunung Merapi di Yogyakarta pada 2010, gempa Mentawai di Sumatera Utara 2010, dan Tanah Longsor Banjarnegara 2014.
"Kalau membantu orang dengan tindakan dan action. Tidak hanya menjadi penonton tapi aksi nyata," tegasnya.