Laporan Reporter Tribun Jogja, Siti Ariyanti

TRIBUNNEWS.COM, BANTUL - Seorang penerjun payung asal Sleman terjatuh ke laut karena kehabisan angin dan juga arah angin yang berubah.

Beruntung korban yang diketahui bernama St Hari Hasto segera diselamatkan oleh tim SAR dalam keadaan selamat meskipun sedikit lemas.

Komandan SAR Parangtritis, Ali Sutanto Joko Saputro, menjelaskan Hasto jatuh ke laut Minggu sore (18/1/2015) sekitar pukul 16.30.

Tim SAR yang berjaga di pinggiran pantai langsung dapat melihat ada paralayang yang terus menurun.

Benar saja, tak butuh waktu lama, paralayang tersebut jatuh ke laut. "Jatuhnya masih di Parangtritis. Kita langsung bergerak setelah melihat itu," kata Ali.

Saat kejadian, kondisi cuaca memang sedikit gerimis dan angin kencang. Besar kemungkinan Hasto terlalu ke selatan sehingga semakin terbawa angin.

Tim SAR memerlukan waktu sekitar satu jam untuk menyelematkan lelaki 49 tahun warga Medomartani, Ngemplak, Sleman itu. Saat ditemukan, tubuh Hasto masih duduk di kursi paralayang dan terjerat beberapa buah tali.

Tubuhnya mulai dari leher ke bawah sudah masuk ke dalam air. Ia terus berupaya agar kepalanya tidak tenggelam dengan cara berpegangan pada parasut.

Setidaknya delapan personel SAR dan dua perahu dikerahkan untuk menyelamatkan korban.

"Kondisinya sudah lemas tetapi masih bisa bicara saat dievakuasi. Ombak besar juga menyebabkan kita kesulitan untuk menolong," tambah Ali.

Semenjak ia berjaga di Pantai Parangtritis, baru dua kali terjadi peristiwa paralayang jatuh ke laut.

Peristiwa pertama sudah terjadi cukup lama dan korban juga dapat dievakuasi dalam keadaan selamat.

"Memang Hasto sering latihan di sini. Sangat jarang paralayang jatuh ke laut," ujar Ali. (*)