Sosrowijayan Surga Bagi Para Backpacker di Yogya
Satu rombongan yang berisikan empat wisatawan mancanegara tampak keluar dari salah satu gang kecil yang ada di kawasan Sosrowijayan
Editor: Budi Prasetyo
Laporan Reporter Tribun Jogja, Hamim Thohari
TRIBUNNEWS.COM, YOGYA - Satu rombongan yang berisikan empat wisatawan mancanegara tampak keluar dari salah satu gang kecil yang ada di kawasan Sosrowijayan Yogyakarta, Minggu (18/1/2015). Para wisatawan asing tersebut tidaklah hanya sekedar berkeliling di kawasan tersebut, tetapi mereka bermalam di salah satu penginapan yang ada di daerah Sosrowijayan.
Andrew (27) satu di antara wisatawan tersebut mengatakan, sengaja memilih kawasan Sosrowijayan untuk menginap karena harga yang murah dan dekat dengan pusat kota Yogyakarta.
"Saya tahu wilayah ini menyediakan akomodasi murah dari teman yang dulu pernah datang kemari," ungkap wisatawan asal Belanda tersebut.
Dengan biaya menginap sekitar 10 dolar Amerika per malam, dirinya merasa puas dengan fasiltas yang ada. Selain harga yang murah keberadaan cafe, restauran, tempat penyewaan kendaraan juga menjadi pertimbangannya.
Bagi masyarakat Yogyakarta, kawasan Sosrowijayan selama ini lebih dikenal karena bisnis prostitusi. Padahal tidak semua wilayah Sosrowijayan menjadi tempat para penjaja cinta.
Wilayah RW 02 Sosrowijayan Wetan yang terdiri dari delapan RT merupakan wilayah Sosrowijayan yang menjadi salah satu surga bagi para backpaker baik mancanegara maupun dalam negeri. Selama ini masyarakat hanya mengetahui Prawirotaman sebagai surganya para backpacker di Yogyakarta.
Dikawasan yang masuk dalam kelurahan Sosromenduran tersebut terdapat puluhan losmen yang siap menyediakan akomodasi bagi para backpacker. Ketua RW 02 Sosrowijayan, Ipung Purwandari mengatakan, setidaknya ada 80 penginapan yang ada di wilayahnya.
Penginapan-penginapan tersebut sebagian besar dikelola sendiri oleh warganya. "Kebanyakan masyarakat memanfaatkan ruma mereka manjadi penginapan bagi wisatawan yang mencari penginapan murah," ungkap perempuan yang akrab disapa Bu Ipung tersebut saat ditemui, Minggu (18/1/2015).
Diceritakannya, usaha penginapan di kampungnya mulai ada sejak tahun 80-an. Awalnya masyarakat menyewakan kamar yang mereka miliki hanya untuk sekedar menambah pemasukan. Sejak saat itu semakin banyak wisatawan, khususnya wisatawan asing yang datang ke Sosrowijayan Wetan, sehingga kampung tersebut dikenal menjadi kampung internasional.
Karena banyaknya kunjungan wisatawan asing ke daerah tersebut, tak sedikit warga wilayah tersebut mendapatkan pasangan hidup warga negara asing.
Kebanyakan wisatawan asing yang datang di Sosrowijayan Wetan berasal dari Australia, Belanda, Jerman, dan beberapa negara Eropa lainya.
"Sekarang juga sudah banyak wisatawan domestik yang datanh ke wilayah kami," ujar Bu Ipung.
Karena menyasar para backpacker, harga penginapan yang ditawarkan cukup murah, mulai dari Rp. 75 ribu hingga Rp. 300 ribu tergantung fasilitas yang disediakan.
Dikatakan Bu Ipung, walaupun daerahnya bersebelahan dengan gang tiga yang merupakan kawasan prostitusi, pihaknya menjamin wilayahnya bebas dari kegiatan prostitusi.
Sementara itu Gandhi (58), salah satu warga gang dua Sosrowijayan Wetan mengatakan, dirinya telah sejak tahun 1980 menggeluti usaha penginapan. Berdasarkan keterangannya, dia adalah salah satu warga yang mengawali usaha penginapan di kawasan tersebut.
"Saat itu harga sewa kamar masih Rp 7.500. Saat ini harga kamar yang saya punya telah sampai Rp 150 ribu per malam," ungkap pemilik Tiffa Losmen tersebut. (*)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.