Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
DOWNLOAD
Tribun
tag populer

Siasat Walikota Wujudkan Bogor Sebagai Surga Pejalan Kaki, Pesepeda, dan Penyandang Disabilitas

Wali Kota ingin wujudkan Bogor sebagai surga pejalan, pesepeda, dan penyandang disabilitas. Inilah rahasia siasatnya.

Editor: Agung Budi Santoso
zoom-in Siasat Walikota Wujudkan Bogor Sebagai Surga Pejalan Kaki, Pesepeda, dan Penyandang Disabilitas
Kompas/ Lasti Kurnia
Bima Arya Sugiarto, Walikota Bogor 

Pengantar Redaksi:  Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto serius ingin mewujudkan Kota Bogor sebagai kota dalam taman. Ia pun tegas mengatakan ingin mewujudkan Kota Bogor sebagai surga pejalan, pesepeda, dan penyandang disabilitas.

Bagi Bima, Kota Bogor itu punya karakter yang khas, hijau, dan banyak taman. Lanskapnya memungkinkan dan memang didesain sebagai kota ramah pejalan, pesepeda, dan penyandang disabilitas. Kawasan pusat kota, Kebun Raya Bogor, Suryakancana, Kampung Arab, dan Sempur bisa dijangkau dengan berjalan kaki kurang dari setengah hari. Untuk itu, trotoar dan jalur khusus pesepeda akan terus ditambah.

”Saya amat terinspirasi dari akademisi yang membumikan teori. Benar kata Antonio Gramsci, akademisi jangan tinggal di menara gading. Kita tentu ingat Mazhab Frankfurt yang kemudian menginspirasi banyak gerakan untuk membumikan teori dan mendorong kalangan akademisi tidak lagi mengharamkan politik praktis. Saya tidak mau jadi pengajar di menara gading. Ilmu bukan sekadar untuk ilmu. Ilmu harus memberi manfaat. Misalnya, bagaimana menggerakkan kota dalam kebijakan yang rasional. Memang tidak mudah membumikan teori di lapangan, misalnya dalam kebijakan kota yang ’becek’ atau banyak masalah dan faktor X. Kampus-kampus perlu lebih aktif memberikan solusi masalah keseharian yang dihadapi pemerintah daerah,” ujar Bima menjawab pertanyaan dari pembaca Kompas Kita, M Nur Rofiq Addiansyah, warga Blora, Jawa Tengah; Faris Yursanto dari Universitas Lampung; dan Nikodemus Niko dari Pontianak.

Untuk itu, Bima sudah meminta jajarannya untuk memprioritaskan penyandang disabilitas, warga senior, dan ibu hamil. Jika mereka mengurus administrasi kependudukan di dinas kependudukan dan catatan sipil atau layanan kesehatan di rumah sakit, mereka wajib didahulukan. Jangan sampai mereka ikut antre.

”Kami sedang melobi PT KAI untuk membuka dan bekerja sama membangun akses khusus bagi penyandang disabilitas dari dan ke Stasiun Bogor,” ujarnya.

Berikut jawaban Bima atas pertanyaan pembaca Kompas Kita.

Saya sepaham dengan Bapak tentang menjadikan kawasan surga bagi pejalan kaki, pesepeda, dan penyandang disabilitas. Saya usul membuat jalur sepeda di samping rel kereta. Alasannya, itu jalur terpendek yang bisa ditempuh. Jika merasa terlalu capek dan jauh, kita bisa memarkir sepeda di setiap stasiun dan melanjutkan dengan transportasi lain. Juga aman. Biker terhindar dari singgungan kendaraan besar dan motor. Selain itu, juga sehat karena udara di samping rel kereta masih relatif bersih karena jauh dari asap kendaraan-kendaraan bermotor. Untuk merealisasikan ide ini, perlu kerja sama dengan pemerintah Jabodetabek. Bagaimana pendapat Bapak dengan ide ini?

Berita Rekomendasi

(Abdiluhur, Cicangkal, Jawa Barat)

Ide yang bagus. Kolaborasi itu harus agar sejalan semuanya. Tentang jalur khusus di samping rel harus dikaji lagi apakah aman atau tidak. Kalau membahayakan, saya kira tidak perlu. Penambahan jalur khusus pesepeda memang sudah jadi program.

Saya termasuk jutaan warga yang menaruh harapan besar saat Bapak mencalonkan diri hingga terpilih sebagai Wali Kota Bogor. Tapi, kok, rasanya harapan itu belum nyata, ya, Pak? Contoh kecil, sebagai pencinta taman, saya heran, apa Bapak tidak sedih melihat hiasan taman-taman di Bogor? Patung-patung rusa di Taman Perangin-angin, di depan Pasar Bogor sampai di pertigaan Yasmin, kok, mirip hiasan taman di rumah-rumah era 1980-an, ya, Pak? Sayang sekali. Dengan tampilan seburuk itu, rasanya sulit menjadikan taman di Bogor jadi ikon yang diingat warga Bogor sendiri, apalagi pengunjung dari kota lain. Pengerjaan tiang-tiang lampu kota di sepanjang Jalan Pajajaran yang mungkin cita-citanya mau dibikin seperti kujang juga kurang indah. Belum bicara tampilan halte-halte bus kota di Bogor, Pak,
sedih.

(Allan Maulana, Bogor Raya Permai)

Kritik seperti ini setiap hari saya dapat. Inilah contoh warga yang baik, haus perubahan. Kritik ini memberi saya motivasi untuk bekerja lebih keras dan giat. Segala program itu perlu untuk perubahan. Perlu dana untuk menjalankan perubahan yang belum, sudah, atau akan dilakukan. Selama ini patut diakui dekorasi kota dikerjakan mungkin karena mengejar proyek dan mengabaikan fungsi estetika dan masukan warga. Itu akan dibenahi. Saya mengajak warga juga proaktif memberi masukan, termasuk dalam desain dekorasi kota, misalnya lampu, jembatan. Silakan memberi masukan lewat saluran-saluran yang sudah kami sediakan.

Kesulitan apa yang Bapak hadapi dalam program memperbaiki taman dan trotoar serta memfungsikan kembali terowongan pejalan? Dan program apa yang menjadi prioritas Bapak untuk selanjutnya?

(Grace Vanita Octavia Simanjuntak)

Halaman
123
Sumber: KOMPAS
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Klik Di Sini!
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
×

Ads you may like.

© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas