Ini Jubah Legendaris Pangeran Diponegoro dari Kaisar Tiongkok
Jubah Pangeran Diponegoro adalah satu dari sekian koleksi di museum Bakorwil II Magelang yang cukup menarik perhatian.
Laporan Reporter Tribun Jogja, Agung Ismiyanto
TRIBUNJOGJA.COM, MAGELANG - Jubah Pangeran Diponegoro adalah satu dari sekian koleksi di museum Bakorwil II Magelang yang cukup menarik perhatian.
Jubah kebesaran itu tak hanya mewakili kekhasan busana sang pangeran, namun juga menjadi saksi sejarah perang Jawa hingga penangkapan Diponegoro.
Sebuah jubah berwarna kecoklatan nampak mencolok di balik gantungan almari ruangan bernama "Kamar Pengabadian Diponegoro".
Jubah yang menurut petugas pemandu museum berukuran 162 sentimeter x 110 sentimeter itu menyimpan misteri dan perdebatan sejarah di beberapa kalangan.
Misteri yang paling banyak menjadi pertanyaan adalah bercak-bercak kecoklatan yang melekat di jubah kebesaran itu.
Beberapa di antaranya ada yang berpikir bahwa bercak itu adalah diduga bercak bekas darah saat Diponegoro memimpin perang Jawa atau Sabil dalam kurun waktu 1825 hingga 1830.
"Namun, itu bukan bercak darah. Hanya memang karena faktor usia sehingga ada bekas kecoklatan seperti itu," ujar Kozin, salah satu pemandu museum Bakorwil II kepada Tribun Jogja, Senin (9/2/2015).
Jubah yang sebenarnya berwarna krem-putih itu kini semakin berwarna coklat. Di beberapa bagian ada lubang dan sobekan.
Seperti di bagian dada kanan, dan bagian bawah kanan dan kiri, serta bagian belakang. Meski demikian, jubah yang kerap dikenakan Diponegoro itu seolah hidup karena nilai sejarahnya yang cukup tinggi.
Budi Suroso, pemandu lainnya mengatakan, jubah itu merupakan pemberian dari seorang kaisar China. Berbahan kain santung, jubah itu kemudian dikenakan Diponegoro memimpin perang sabil yang diawali tanggal 20 Juli 1985.
Dari sumber referensi lain, kala itu, Diponegoro selalu berpakaian layaknya pemuka perang Sabil, bergaya Arab. Yakni, mengenakan surban, jubah, dan baju putih. Busana ini mungkin saja diusulkan oleh penasehat Arabnya, Syeh Ahmad Al-Ansari yang berasal dari Jeddah.
Perang yang berlangsung selama lima tahun itu merupakan perang terbesar dan menguras pundi-pundi keuangan Belanda saat itu.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.