Sebelum Tewas Bersama Neneknya, Nanda Minta Dibelikan Baju Gamis Putih
Hidayah langsung histeris saat mobil ambulan tiba di depan rumahnya, Sabtu (21/2/2015). Tubuhnya lemas dan harus digotong sejumlah keluarga.
Editor: Yulis Sulistyawan
Laporan Wartawan Surya, M Taufik
TRIBUNNEWS.COM, BOJONEGORO - Hidayah langsung histeris saat mobil ambulan tiba di depan rumahnya, Sabtu (21/2/2015). Tubuhnya lemas dan harus digotong sejumlah keluarga.
Jerit tangis dari keluarga lain langsung pecah ketika jenazah Nanda, bocah kelas 5 SD bersama jenazah neneknya, Sumisih diturunkan dari ambulan.
Sumisih dan cucunya itu tewas bersama dalam kecelakaan Bus Sang Engon di Tol Jatingaleh, Semarang yang menewaskan 18 orang.
Menurut keluarga, Nanda sejatinya tidak mau ikut pengajian di Pekalongan, sebelum syaratnya disetujui.
"Dia mau diajak ke pengajian tapi minta dibelikan baju gamis panjang warna putih. Setelah dibelikan, diapun ikut bersama neneknya," kata Waris, keponakan dari Sumisih.
Dia dan keluarga merasa permintaan Nanda itu sebagai firasat. "Ternyata sekarang dia pulang dalam kondisi serba putih (memakai kafan)," imbuhnya lirih.
Beberapa saat setelah diserahkan ke keluarga, jenazah nenek dan cucunya itu langsung dimakamkan.
Rombongan pengajian asal Bojonegoro yang menumpang Bus Sang Engon mengalami kecelakaan tunggal di Tol Jatingaleh, Semarang, Jumat (20/2/2015).
Akibat kecelakaan itu, 18 anggota rombongan tewas. 11 korban tewas asal Dander itu adalah Sumisih, Maryati, Sumarsih, Nanda, Sukeni, Wartini, Bima, Mutmainah, Syarif, dan Sutarsini.
Tujuh korban lainnya, Maryadi asal Kecamatan Kapas, Selfiah asal Padangan, Hadi asal Tambakrejo, Hadi P (kernet) asal Nganjuk, Abdul Ghofur asal Balen, Hamili Nurrohim asal Balen, dan Nurjanah asal Purwodadi.