Catut Nama Jokowi, Yane Tipu Ratusan Peternak Sapi
Satu komplotan penipu yang dipimpin seorang wanita bernama Ibu Yane berhasil menipu ratusan peternak sapi
Editor: Budi Prasetyo
TRIBUNNEWS.COM. OELAMASI -- Satu komplotan penipu yang dipimpin seorang wanita bernama Ibu Yane berhasil menipu ratusan peternak sapi di Desa Nekamese, Kecamatan Amarasi Selatan, Kabupaten Kupang.
Dalam aksinya, Yane dan komplotannya mencatut nama mantan Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo (Jokowi).
Kepada peternak, Ibu Yane dan komplotannya mengaku pegawai Kantor Dinas Peternakan (Disnak) Provinsi NTT menawarkan bantuan membuat proposal. Proposal itu untuk mendapatkan bantuan ternak sapi untuk penggemukan (paron).
"Katanya bantuan ternak sapi paron itu realisasi dari kerja sama antara Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta dan Pemprov NTT untuk pengembangan ternak sapi di NTT. Katanya kerja sama itu sudah ditandatangani oleh mantan Gubernur DKI Jakarta, Pak Jokowi dengan Gubernur NTT, Frans Lebu Raya," jelas Kepala Desa Nekamese, Christ Baok, kepada wartawan, Selasa (17/3/2015) pagi.
Kepada peternak, tutur Baok, Ibu Yane meminta agar dibentuk kelompok. Masing-masing beranggotakan 10 orang sampai 15 orang. Tiap anggota kelompok mendapatkan dua ekor ternak sapi senilai Rp 8 juta untuk digemukkan.
Ibu Yane dan komplotannya, lanjut Baok, mengajukan syarat masing-masing anggota kelompok menyetor biaya pembuatan proposal. Tiap orang dipungut Rp 100.000.
"Tapi ada juga peternak yang tidak punya uang. Terpaksa menyetor Rp 35.000 saja kepada Ibu Yane," jelas Baok.
Setelah memungut uang proposal, lanjut Baok, Ibu Yane dan komplotannya menghilang dari Desa Nekamese.
Kepala Dinas Peternakan Kabupaten Kupang, Obed Laha, kepada wartawan mengatakan, jika ada oknum pegawai meminta uang sebagai syarat membuat proposal bantuan, itu dikategorikan penipuan.
"Saya kira itu penipuan. Sebab tidak ada aturan, membantu membuatkan proposal harus dipungut biaya," tandas Laha.
Ia mengatakan, jika ada program bantuan ternak sapi untuk penggemukan oleh Kantor Disnak NTT, pasti pihaknya diberitahu dan ada koordinasi. Tapi nyatanya, tidak ada program itu.
"Saya minta supaya peternak sapi yang merasa dirugikan melaporkan kepada polisi. Biar keberadaan komplotan itu ditelusuri polisi. Jangan sampai jatuh korban di desa lain," tandas Laha.