Di Hari Terakhir, Bocah Korban Terkaman Buaya Lebih Manja Kepada Nenek
"Andry sering tidur di rumah neneknya. Namun pagi jelang kejadian, ia menjadi lebih manja. Bangun tidur sudah minta dipeluk neneknya," katanya.
Editor: Rendy Sadikin
Laporan wartawan TRIBUN KALTIM, Kholish Chered
TRIBUNNEWS.COM, SANGATTA - Kedua orang tua Andry Lukman (5 tahun), korban serangan buaya di Desa Karangan Seberang, Kecamatan Karangan, Kabupaten Kutai Timur, mengaku tidak memiliki firasat khusus menjelang kepergian buah hatinya.
Paman korban, Suryatmojo, Kamis (26/3/2015) malam, mengatakan, saat berkumpul bersama keluarga di masa pencarian jasad Andry, kedua orang tuanya mengatakan tidak mempunyai firasat khusus.
[BACA: Buaya Ketujuh Dibelah dan Potongan Jasad Andry pun Ditemukan]
Keduanya, Karsini dan Sutrisno, pun merasakan duka mendalam atas tragedi tersebut.
Namun menjelang peristiwa itu, Andry tampak lebih manja pada neneknya.
"Andry sering tidur di rumah neneknya. Namun pagi jelang kejadian, ia menjadi lebih manja. Bangun tidur sudah minta dipeluk neneknya," katanya.
Suryatmojo pun mengaku memiliki firasat khusus.
"Saya kehilangan tiga benda dalam waktu yang berdekatan. Yaitu sandal, rokok dengan koreknya, serta helm. Saya juga sempat mimpi es krim kesukaan Andry ada di dalam kulkas saya," katanya.
Sang paman menuturkan bahwa dalam kesehariannya, Andry merupakan anak yang ceria.
"Dia ceria, walaupun sedikit pendiam. Dia baik sama teman-temannya dan sangat senang binatang," katanya.
Andry merupakan anak yang sangat dicintai keluarganya.
Hal itu pula yang mendorong keluarga untuk semaksimal mungkin mencari jasadnya agar bisa dikebumikan secara Islam.
"Awalnya warga sekitar yang mencari sendiri. Namun belakangan ada warga yang kenal dengan pemburu buaya yang tinggal di Bulungan. Saat dihubungi, mereka sedang berada di Tanjung Redep, Berau. Karena itu langsung dijemput," katanya.