Inilah Charger Ponsel Tanpa Listrik Karya Siswa SMK Muhammadiyah Kudus
Inspirasi bisa datang dari apa saja. Kalau banyak orang mengeluh saat listrik padam, siswa SMK ini justru terinspirasi menemukan sesuatu dari padamnya
Editor: Sugiyarto
TRIBUNNEWS.COM, KUDUS- Inspirasi bisa datang dari apa saja. Kalau banyak orang mengeluh saat listrik padam, siswa SMK ini justru terinspirasi menemukan sesuatu dari padamnya listrik.
Seperti kalangan remaja lainnya, kehidupan Panji Akbar Ramadhani sehari-hari, hampir tak bisa lepas dari smartphone.
Ia sempat kebingungan saat baterai ponsel miliknya habis, sementara aliran listrik dari PLN padam.
Panji makin bingung saat powerbank miliknya lupa belum di-recharge.
Peristiwa inilah yang mengilhami siswa SMK Muhammadiyah Kudus itu, untuk membuat charger (pengisi daya) manual, untuk mengisi baterai ponsel.
Dengan memutar atau ngonthel tuas alat sederhana itu, maka baterai ponsel dapat terisi penuh.
"Bisa digunakan dimana saja. Ini cocok buat yang suka naik gunung, kan di gunung biasanya tak ada aliran listrik," kata Panji, kepada para awak media, Kamis (2/4).
Disampaikan Panji, ia berhasil merakit alat yang diramu dari bahan-bahan bekas itu, berkat bantuan dua temannya, Edwin dan Imron.
Selain kawannya, Panji juga mendapat arahan dari Imam Saifuddin, guru pembimbing Jurusan Teknik Audio Video SMK Muhammadiyah Kudus.
Dipaparkan Panji, charger manual itu dirakit dari berbagai bahan bekas, antara lain, motor DVD player, dan modul dari powerbank bekas.
"Kami sebelumnya bereksperimen dengan berbagai barang bekas. Ternyata untuk penggerak yang paling cocok adalah dari motor DVD player. Selain motornya kecil, juga sudah terangkai dengan roda gigi dalam mekanik besi," paparnya.
Kendalanya, lanjut dia, motor tersebut hanya menghasilkan daya tiga voltase. Untuk itu dibutuhkan alat lain untuk menaikkan daya menjadi lima voltase, sehingga bisa untuk mengisi baterai ponsel.
"Oleh karena itu, harus dirangkai dengan modul dari power bank bekas," lanjutnya.
Untuk tuas pemutar, Panji dan kawan-kawan, menggunakan batang ballpoint bekas, yang disambung dengan tutup spidol.
"Semua alat itu, kemudian dipasang di sepotong papan, agar memudahkan penggunaannya," sambung Panji, sembari mempraktikkan penggunaan alat tersebut.
Guru pembimbing, Imam Saifuddin, mengatakan pihaknya memikirkan desain produk, agar tampilan alat itu menjadi lebih sederhana dan ringkas. "Sehingga, bisa lebih gampang dibawa ke mana-mana," ucapnya.
Kepala SMK Muhammadiyah Kudus, Supriyadi, mengatakan para siswa baru menghasilkan alat sederhana. Namun, pihak sekolah terus mendorong agar para anak didik lain terus berkreasi dan berinovasi..
"Tak perlu dengan peralatan berharga mahal, kalau bisa cukup memanfaatkan barang-barang bekas yang ada di sekitar kita," kata dia.(tribunjateng/yayan isro roziki)