Dosen Kimia yang Pakai Pin ISIS Kabur Tinggalkan Kupang
Seorang dosen mata kuliah kimia di salah satu universitas di Kupang diketahui kerap menggunakan pin The Islamic State of Iraq and Syria (ISIS).
Editor: Dewi Agustina
Laporan Wartawan Pos Kupang, Fery Jahang
TRIBUNNEWS.COM, KUPANG - Seorang dosen mata kuliah kimia di salah satu universitas di Kupang diketahui kerap menggunakan pin The Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) atau negara Islam Irak dan Syria. Namun ketika ditelusuri pihak kepolisian dari Polda NTT, oknum dosen tersebut sudah meninggalkan NTT.
"Kami mendapat informasi itu lima bulan lalu dan sudah ditelusuri. Tetapi yang bersangkutan sudah tidak ada lagi di NTT. Yang bersangkutan kerap bekerja di laboratorium kimia," ujar Kapolda NTT, Brigadir Jenderal Polisi Endang Sunjaya, dalam pertemuan dengan tokoh lintas agama dan pemuda di Aula Rumah Jabatan Gubernur NTT, Senin (27/4/2015).
Hadir dalam pertemuan itu, anggota Forkompinda Provinsi NTT atau yang mewakili. Sementara dari tokoh umat, terlihat hadir dalam pertemuan itu, Uskup Agung Kupang, Mgr. Petrus Turang; Uskup Larantuka, Mgr Frans Kopong Kung; Uskup Atambua, Mgr. Dominkus Saku; Sekretaris MUI NTT, H Mandarlangi Pua Upa; Sinode GMIT, GKS, Parisada Hindu, dan organisasi mahasiswa dan sejumlah kepada SKPD Provinsi NTT.
Ketika ditanya usai rapat tersebut, Kapolda NTT kembali membenarkan tetapi enggan menyebut nama dan universitas dari dosen tersebut.
"Buat apa lagi. Orangnya saja sudah menghilang," tambah Kapolda lagi.
Gubernur NTT, Frans Lebu Raya, dalam pertemuan tersebut membenarkan adanya laporan tentang dosen yang kerap memakai pin ISIS tersebut.
"Begitu saya mendengar informasi dari rektornya, saya minta Pak Kapolda untuk tangkap saja," kata Gubernur.
Kepala Badan Kesbangpol NTT, Sisilia Sona, membenarkan adanya dosen menggunakan pin ISIS tersebut.
"Teman-teman tanya Pak Kapolda. Kalau saya memang tahu tetapi bisa ditanya langsung ke Pak Kapolda," elak Sisilia Sona.
Kendati sudah ada penangkapan anggota teroris di Manggarai Barat beberapa waktu lalu dan adanya dosen yang menggunakan pin ISIS, tetapi Kapolda NTT menegaskan, jaringan teroris atau ISIS sulit berkembang di NTT.
"Toleransi dan kerukunan umat beragama di NTT terlalu kuat," kata Sunjaya.
Umat di seluruh NTT, lanjut mantan Wakapolda Aceh ini, memiliki tekad yang sama untuk menolak kehadiran oknum ataupun kelompok yang ingin merusak kebersamaan di daerah ini. Hal ini berbeda dengan daerah lain di Indonesia. Di mana jaringan teroris mudah berkembang karena kerukunan di antara umat beragama tidak sekuat seperti di NTT.
Begitu kuatnya kerukunan umat beragama di NTT sehingga menurut Kapolda, hal yang paling penting dan menjadi fokus perhatian Polda NTT saat ini adalah masalah penjualan manusia yang menjadi sorotan nasional.