Dua Siswi SMK Kabur Sebelum Dijual ke Malaysia
Mereka berdua direkrut dan diiming-imingi perkerjaan oleh dua orang yang berbeda.
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, BATAM - Dua gadis asal Medan nyaris menjadi korban trafficking. Keduanya berhasil kabur dari penampungan saat akan mengurus paspor di Jambi. Menariknya, keduanya sempat ditampung di sebuah penampungan di Blok VI Batam.
Menurut pengakuan siswi berinisial K dan S ini, di penampungan di Batam masih ada belasan perempuan lainnya yang akan diberangkatkan ke Malaysia. "Di situ kami bertemu yang lain. Dapat dari cerita-cerita, baru tahulah kami akan kerja apa di sana," ujar K.
K dan S sempat satu sekolah SMK di Medan. K sudah lulus sedangkan S masih kelas dua. Mereka berdua direkrut dan diiming-imingi perkerjaan oleh dua orang yang berbeda. Di Sumatera Utara, K direkrut seseorang bernama Dhewi, sedangkan S oleh Sonia.
Sebelum diberangkatkan ke negeri jiran, mereka diberangkatkan dari Medan menuju rumah singgah di Batam pada hari yang berbeda, yaitu Minggu (26/4/2015) dan Senin (27/4/2015).
K mengatakan awal perkenalan perempuan itu (Dhewi, Red) dari facebook, kemudian pembicaraan mengarah ke tawaran pekerjaan. Dia diiming-imingi pekerjaan di Malaysia.
"Aku baru kenal kira-kira dua minggu lalu di facebook. Dia berkawan sama dengan teman SMK aku. Namanya orang yang kontak aku Dhewi," katanya.
Berbeda dengan K, perkenalan S dengan perekrutnya berawal dari temannya yang memberi informasi pekerjaan dengan gaji puluhan juta. Ketika akan berangkat ke Malaysia, para perempuan itu belum mengetahui jenis pekerjaan yang akan dilakoni.
Perekrutnya hanya memberitahu akan bekerja di restoran. "Kami tidak tahu kerja apa, katanya di restoran. Setelah bertemu teman di Batam, katanya kami di suruh tunggu di depan kamar. Tahulah pekerjaan apa itu," ujarnya.
K bersama tiga orang lainnya diberangkatkan dari Bandara Kualanamu, Medan ke Batam, Minggu (26/4). Sesampainya di Batam dia ditempatkan di rumah singgah di Jalan Kenangan Blok VI, bersama belasan perempuan lainnya.
"Sampai di Batam sudah ada mobil yang jemput. Kami dibawa ke rumah di Jalan Kenangan Blok VI, tidak boleh keluar ke mana-mana. Di sana dijaga ketat," lanjutnya.
Saat itu, K belum memiliki paspor. Dhewi memintanya ke Palembang untuk mengurus. Namun rencana itu berubah ke Jambi, karena mendengar lebih mudah mengurusnya di situ. "Kami sampai Jambi dua hari lalu (28/4)," katanya.
Di rumah singgah Jambi di daerah Talang Bakung ini, K mengatakan sudah ada orang yang mengurus administrasi itu. Di rumah inilah K bertemu S, yang tiba sehari setelahnya.
K dan S bisa kabur setelah meminta penjaga membeli pulsa di warung. "Kami suruh dia (penjaga) isi pulsa. Waktu dia keluar, lari-lari cepatlah kami keluar. Bapak itu lewat depan, kami lewat belakang," kata K. Mereka naik ojek ke bandara Sultan Thaha, Jambi.
Dian Ariani, ibunda S menuturkan jika kejadian ini berawal pada Minggu malam (26/04) saat itu dirinya sedang mengikuti aktivitas arisan keluarga, S pun pergi dengan pacarnya.
Di tengah perjalanan S dijemput teman wanitanya sehingga mengakibatkan S dan pacarnya bertengkar, S pun ikut bersama temannya sedangkan sang pacar pulang kemudian menceritakan kejadian yang mereka alami di perjalanan kepada keluarga S.
Dari penuturan Dian, SI dibujuk dengan naik pesawat gratis hingga uang 50 juta rupiah sehingga upaya sang pacar untuk membawa nya pulang pun gagal. "Dibujuklah sama temannya itu kalau di sana enak, naik pesawat gratis," kata Dian.
Dian pun panik, berkali-kali ia menghubungi S namun tak ada jawaban baik melalui sambungan telepon hingga SMS.