Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

11 Pangeran Kerajaan Mataram Menentang Sabda Raja

putra Sultan Hamengku Buwono IX, telah menyatakan sikap menentang Sabdaraja dan Dawuh Raja yang dikeluarkan Sultan Hamengku Buwono X

Editor: Sugiyarto
zoom-in 11 Pangeran Kerajaan Mataram Menentang Sabda Raja
Tribun Jogja/Hendra Krisdianto
Sri Sultan HB X saat memberikan penjelasan terkait isi Sabdaraja dan Dawuh Raja, di kediaman GKR Pembayun, Jumat (8/5/2015). 

Laporan Reporter Tribun Jogja, M Nur Huda

TRIBUNNEWS.COM, YOGYA – Para rayi dalem atau putra Sultan Hamengku Buwono IX, telah menyatakan sikap menentang Sabda raja dan Dawuh Raja yang dikeluarkan Sultan Hamengku Buwono X beberapa waktu lalu.

GBPH Yudhaningrat saat ditemui di Ndalem Yudanegaran, Sabtu (9/5/2015) mengatakan, ungkapan mengenai sikap tersebut sudah disepakati bersama.

Hasilnya diserahkan kepada KGPH Hadiwinoto selaku saudara tertua untuk disampaikan pada Sultan HB X.

Gusti Yudho mengatakan, meskipun isi sikap para rayi dalem tersebut adalah materi untuk kalangan internal keluarga, namun ada sedikit hal yang dirasa perlu diketahui publik.

“Bahwa dianggap apa yang diucapkan HB X ini adalah hal-hal yang cacat hukum sekaligus batal demi hukum. Alasannya tidak sesuai paugeran pokok yang ada. Ibaratnya kalau kereta api, itu sudah keluar dari rel,” katanya.

11 Pangeran tersebut berasal dari tiga ibu, dari KRAy Ciptamurti antaralain GBPH Pakuningrat, GBPH Cakran­ingrat, GBPH Suryodiningrat, GBPH Suryom­ataram, GBPH Hadinegoro, GBPH Suryonegor­o. Dari KRAy Hastungkara antaralain, GBPH Condrodiningrat, GBPH Yudhaningrat, GBPH Prabukusumo.

BERITA REKOMENDASI

Sedangkan dari KRAy Pintoku Purnomo yaitu GBPH Hadisuryo, dan dari Ibu KRAy Windyaningrum adalah KGPH Hadiwinoto (saudara kandung HB X).

Pihaknya tidak khawatir dengan adanya ancaman risiko buruk akibat menentang dan tidak melaksanakan Sabda raja. Menurutnya, meskipun nantinya ada risiko, kadarnya tidak terlalu besar.

“Saya kira risikonya tidak berat kalau tak dilaksanakan. Karena itu jelas keluar dari paugeran pokok, adat dan Mataram Islam,” katanya.

Ia juga menegaskan, pengangkatan GKR Pembayun menjadi GKR Mangkubumi yang adalah putri mahkota yang selanjutnya naik tahta menjadi Sultan, dikhawatirkan akan memutus silsilah Hamengku Buwono.

Karena silsilah ini sudah terjaga sejak ratusan tahun lalu. Jika ada perubahan gelar dan perubahan silsilah dari keturunan bukan laki-laki, maka silsilah tersebut akan terputus dan hilang.


“Ini bahaya bagi silsilahnya. Silsilahnya akan menurunkan putra-putra GKR Mangkubumi, silsilah Hamengku Buwono akan hilang. Sebab kita ini kan patriarki bukan matriarki,” katanya.

Ia juga menegaskan, langkah para rayi dalem ini memiliki tujuan mengingatkan pada Sultan HB X untuk kembali menghayati amanat leluhur yang ada selama ini.

“Langkah kita akan menyadarkan ngarso dalem, supaya beliau sadar bahwa langkahnya salah. Tapi malah kita yang disuruh sadar, jadi dibolak-balik,” ungkapnya. (*)

Sumber: Tribun Jogja
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas