BNPB: Longsor Pangalengan Mirip Ciwidey
Kejadian longsor seringkali jarang menjadi pembelajaran di masa berikutnya.
Penulis: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, PANGALENGAN - Kejadian longsor seringkali jarang menjadi pembelajaran di masa berikutnya. Saat terjadi bencana semua sibuk. Namun selesai tanggap darurat, semuanya lupa untuk memperbaiki agar longsor tidak berulang kembali. Akhirnya longsor menjadi bencana yang paling mematikan selama tahun 2014-2015.
Demikian kata Sutopo Purwo, Nugroho Kapusdatin Humas BNPB, dalam keterangannya, Minggu (10/5/2015).
Dijelaskan tahun 2014 ada 600 kejadian longsor dengan 372 orang tewas. Pada tahun 2015 hingga Minggu (10/5/2015), telah terjadi 251 longsor dengan 74 orang tewas.
"Bencana longsor di Pangalengan Kabupaten Bandung pada Selasa (5/5/2015) mirip dengan longsor di Tenjolaya, Kecamatan Pasir Jambu, Kabupaten Bandung pada 23 Februari 2010 lalu," kata Sutopo.
Persamaannya keduanya sama-sama berada di perkebunan teh yang menimbun rumah pekerja kebun teh. Hujan menyebabkan retakan di punggung bukit, kemudian longsor meluncur ke bawah menghantam permukiman sejauh sekitar 1,2 km dengan lebar timbunan longsor 300 meter dan tebal 4 meter.
Demikian pula jenis tanah sama yaitu vulkanik dengan solum tebal, telah lapukan, dan di bagian bawah kontak dengan lapisan batuan dasar sebagai bidang gelincir longsor.
"Bedanya longsor Pangalengan disertai dengan ledakan pipa panas bumi, sedangkan di Ciwidey tidak ada kaitan dengan pipa panas bumi," kata Sutopo.
Saat itu, korban longsor Ciwidey 33 orang tewas, 11 orang tertimbun, 2 orang terluka, dan 200 orang mengungsi. Sedangkan longsor di Pangalengan hingga Minggu (10/5), 6 orang tewas, 3 orang masih tertimbun, 6 luka berat, 7 luka ringan dan 170 orang mengungsi.
Kepala BNPB, Syamsul Maarif, mengatakan sekitar 50 persen wilayah di Jawa Barat adalah rawan longsor tinggi. Masyarakat yang tinggal di daerah rawan longsor harus dilatih melalui pembentukan kelompok siaga bencana.
Dimana 32 unit rumah di Kampung Cibitung, Kecamatan Pangalengan yang saat ini sebagian terkena longsor harus direlokasi ditempat yang aman.
"Pemda perlu mereviw Rencana Tata Ruang Wilayahnya. Dunia usaha, seperti PT Star Energy dan PTPN juga melakukan mitigasi bencana dengan memasang EWS longsor dan melakukan mitigasi bencana," katanya.