Polisi dan Ormas Larang Rencana Pawai Akbar Hizbut Tahrir Indonesia di Kupang
Polres Kupang dan Gp Ansor melarang rencana pawai akbar Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) di Kupang, Sabtu (16/5/2015) besok.
Editor: Budi Prasetyo
TRIBUNNEWS.COM.KUPANG,- Kepolisian Resor Kupang Kota, Nusa Tenggara Timur (NTT) dan organisasi kemasyarakatan (Ormas) Gerakan Pemuda Ansor, melarang rencana pawai akbar Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) di Kupang, Sabtu (16/5/2015) besok.
Wakil Kepala Kepolisian Resor Kupang Kota, Komisaris Polisi, Dede Rochmana kepada Kompas.com, Kamis (14/5/2015) mengatakan pihaknya tidak mengizinkan kegiatan pawai tersebut karena alasan keamanan.
“Tadi sudah ada pertemuan antara Direktur Intelijen Kepolisian Daerah NTT, Kepala Kepolisian Resor Kupang Kota, Kepala Seksi Intelijen kepolisian Resor Kupang Kota dan perwakilan dari Hizbut Tahrir Indonesia, keputusannya besok (Sabtu) tidak akan dilaksanakan pawai,” jelas Dede.
Sementara itu dihubungi terpisah, Ketua GP Ansor Kota Kupang, Abdul Muis mengaku pihaknya menolak pawai dari HTI karena akan dikhawatirkan akan mengganggu kemajemukan di Provinsi NTT.
“Kita dari GP Ansor, Nahdlatul Ulama (NU) dan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Kupang, menolak keras kegiatan aktivitas pawai dari HTI, karena HTI ini juga merupakan organisasi yang perjuangannya berbeda dengan organisasi lainnya di Indonesia lantaran arah perjuangannya yakni khilafah (kepemimpinan umum bagi seluruh kaum muslim dunia), padahal kita ini Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI),” tegas Muis.
Selain itu kata Muis, MUI secara lembaga atas nama organisasi kepemudaan Islam semuanya yang ada di Kota Kupang, sudah menyampaikan secara lisan kepada Kepala Kepolisian Daerah NTT dan Komandan Resor Militer 161 Wira Sakti Kupang, untuk menolak kegiatan pawai itu.
Keberadaan HTI di Kota Kupang lanjut Muis, baru diketahui oleh pihaknya dalam beberapa bulan terakhir ini, saat HTI memasang sejumlah spanduk di beberapa tempat di dalam Kota Kupang.
”Kita juga sudah koordinasi dengan teman-teman dari pemuda Kristen dan mereka juga menolak kegiatan pawai itu,” kata Muis. (Kontributor Kupang, Sigiranus Marutho Bere)