Arif Tewas Jadi Korban Pembegalan
Arif menjadi korban pembegalan di kawasan Trimurjo, Selasa (19/5/2015) lalu, sekitar pukul 22.00 WIB.
Editor: Dewi Agustina
TRIBUNNEWS.COM, GUNUNG SUGIH - Arif menjadi korban pembegalan di kawasan Trimurjo, Selasa (19/5/2015) lalu, sekitar pukul 22.00 WIB.
Korban mengendarai motor jenis Honda Beat putih dan ditusuk pada bagian rusuk sebanyak dua kali. Karena kehabisan darah, setibanya di Rumah Sakit Mardi Waluyo Metro, korban tewas.
Hingga kini, kepolisian Sektor Trimurjo dan Satreskrim Polres Lampung Tengah, tengah melakukan penyelidikan dan pengejaran terhadap para tersangka yang diperkirakan lebih dari satu orang tersebut.
Keluarga Arif Ewangga (22), korban pembegalan yang meninggal dunia, merasa terpukul atas kepergian mahasiswa jurusan Tekhnik Elektro Universitas Lampung (Unila) itu.
Sang ibu Asmawati (47), tak menyangka jika putra kedua dari tiga bersaudara itu pergi begitu cepat. Menurutnya, Arif adalah anak yang baik dan pendiam serta tidak banyak bergaul di luar rumah.
Ia mengaku tidak punya firasat apapun sebelum mendapat kabar dari Kepolisian Sektor Trimurjo, Selasa (19/5/2015), bahwa anaknya dilarikan ke Rumah Sakit Mardi Waluyo, Metro, karena mendapatkan luka tusukan.
"Tak ada firasat apapun. Karena setiap hari saya selalu menanyai kabarnya, termasuk sebelum ia mendapatkan musibah itu. Cuma keluarga yang di Bengkulu saja bermimpi giginya copot dan menolak diberi makan daging sampai tiga kali," terang Asmawati ketika Tribun Lampung (Tribunnews.com Network) menyambangi kediamannya di kawasan Kampung Baru, Kotagajah, Rabu (20/5/2015).
Asmawati melanjutkan, putranya tersebut merupakan anak berprestasi, baik saat di sekolah maupun selama kuliah. Bahkan, Arif selalu mendapatkan beasiswa karena prestasinya di kampus.
Ia menuturkan, pertemuan terakhirnya dengan sang anak terjadi pada 27 April lalu, saat ia menyambangi lokasi indekosnya di Kampung Baru, Rajabasa. Menurutnya, tak ada keluhan apapun yang dibicarakan Arif.
"Ia cuma bilang jika lulus kuliah nanti mau bekerja di Jakarta di Pertamina pusat, tidak mau di Lampung," lanjut Asmawati tak bisa menahan airmata membanjiri pipinya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.