Satrio Ingin Satu Set Batu Miliknya Ditukar dengan Masjid
Cita-cita saya mau dirikan masjid, jadi satu set ini saya gak mau uang saya maunya mahar masjid
Editor: Budi Prasetyo
Laporan Reporter Tribun Jogja, Khaerur Reza
TRIBUNNEWS..COM, YOGYA - Selain sebagai bagian dari gaya hidup batu akik tentu saja tidak terlepas dari mitos dan mistis.
Batu yang memiliki motif seperti lafaz Allah, kaligrafi sampai pewayangan diyakini sebagian orang bisa membawa keberuntungan sehingga cukup sering dicari para kolektor batu.
Satrio (41) warga Patran, Prambanan, Sleman bahkan lebih konsen menjalankan bisnis batunya dalam genre batu bermotif.
Ditemui di standnya yang berada di acara pameran batu akik 'Gelegar Batu Nasional' di pelataran Jogja Expo Center jalan Janti, Yogyakarta, Kamis (4/6/2015), beragam batu motif baik yang sudah jadi maupun bongkahan disediakannya.
Mulai bongkahan batu perak lumut serat emas berlafadz Allah, batu bermotif lambang kerajaan Cirebon, mahkota kerajaan Inggris sampai batu bermotif wayang mulai dari Gareng, Petruk, Semar dan lainnya.
"Saya nyari batu-batu ini sudah sejak 15 tahun lalu ngumpulin dari seluruh indonesia," ceritanya.
Harga batu motif tersebut diakuinya cukup tinggi dan berkisar jutaan rupiah. Salah satu batu yang belum lama dijualnya adalah batu pancawarna bermotif kujang yang laku dijual 3,5 juta rupiah.
Yang unik tidak semua batu miliknya ingin dibarter dengan uang, satu set koleksi batu bermotifnya dihargainya dengan mahar masjid.
"Cita-cita saya mau dirikan masjid, jadi satu set ini saya gak mau uang saya maunya mahar masjid," ceritanya.
Saat ini sendiri sebenarnya banyak yang meminati batu-batu miliknya namun ketika disodorkan harga mahar senilai sebuah masjid belum ada yang berani menyanggupinya.
Satu set yang dimaksud terdiri atas batu klawing bersimbol harimau lambang Keraton Cirebon, Semar, Petruk, Gareng, Togog serta Gunungan Wayang.
Diakuinya pembuatan batu tersebut tidak sembarangan banyak diantaranya dibuat dalam beberapa momen penting seperti batu keraton Cirebon yang dibuat ketika tsunami melanda Jepang.
Lalu batu Semar yang dibuat bertepatan dengan kejadian longsor di Banjarnegara. Hal tersebut disebutnya sebagai isyarat bahwa nantinya pemegang batu miliknya tidak boleh orang sembarangan.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.