Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

LAPAN: Nelayan Asing Curi Ikan Gunakan Citra Satelit

Selama ini pelaku pencurian ikan umumnya menggunakan pantauan satelit untuk melihat pontensi ikan yang besar di perairan Indonesia.

Penulis: Eko Sutriyanto
Editor: Sanusi
zoom-in LAPAN: Nelayan Asing Curi Ikan Gunakan Citra Satelit
TRIBUN BATAM/ARGIANTO DA NUGROHO
Kapal milik nelayan asing ditenggelamkan TNI AL, di Perairan Anambas, Kepulauan Riau, Jumat (5/12/2014). Sebanyak tiga kapal milik nelayan vietnam yang ditangkap TNI AL ditenggelamkan sebagai sikap tegas pemerintah Indonesia terhadap aksi pencurian ikan yang merugikan negara hingga Rp 300 Trilyun pertahunnya. TNI AL mengerahkan empat Kapal Perang Indonesia (KRI) diantaranya KRI Sultan Hasanuddin, KRI Sutedi Senaputra, KRI Todak, KRI Baracuda dan KN Bintang Laut milik Badan Koordinasi Keamanan Laut (Bakorkamla). TRIBUN BATAM/ARGIANTO DA NUGROHO 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Selama ini pelaku pencurian ikan (illegal fishing) umumnya menggunakan pantauan satelit untuk melihat pontensi ikan yang besar di perairan Indonesia.

Thomas Djamaludin, Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), mengatakan pemantauan satelit umumnya di sekitar zona potensi penangkapan ikan (ZPPI) banyak kapal asing.

"Saya meyakini kapal asing datang untuk mencuri ikan sudah memegang data potensi ikan yang diperoleh berdasarkan pemantauan satelit," kata Thomas, Minggu (21/6/2015).

Untuk mencegahnya, LAPAN tiap hari memberikan laporan ke Bakorkamla maupun Kementerian Kelautan dan Perikanan untuk melakukan penindakan saat terjadi pencurian ikan.

Tiap hari LAPAN juga memberikan data terbaru mengenai suhu, ketinggian ombak dan sebagai ke Dinas Perikanan Kabupaten Kota mengenai daerah zona potensi ikan.

"Dengan data harian diberikan akan menjadi panduan nelayan. Jadi prinsipnya nelayan tidak mencari ikan, tapi ke laut menangkap ikan," katanya.

Informasi mengenai zona potensi ikan juga ada di situs LAPAN tapi sifatnya bulanan.

Berita Rekomendasi

"Sempat bu Susi (Menteri Kelautan dan Perikanan, red) tanya kenapa tidak ada data harian di website? Kami jawab ini untuk menghindari konflik antardaerah. Ini bisa diberlakukan jika illegal fishing dihilangkan," katanya.

Disebutkan pada prinsipnya laporan harian di website bisa dilakukan bahkan informasinya bisa diberikan melalui aplikasi di ponsel pintar.

Nelayan di Indramayu Jawa Barat menjadi salah satu yang mengandalkan catatan LAPAN ini. "Nelayan Indramayu belum berangkat ke laut jika belum dapat laporan," katanya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas