Masjid Peninggalan Kesultanan Kutai Berumur Ratusan Tahun
Usianya lebih seratus tahun. Kakinya panjang. Jumlahnya 13 buah untuk menopang badannya. Itulah Masjid Jami Aji Amir Hasanudin Tenggarong.
Editor: Y Gustaman
Laporan Wartawan Tribun Kaltim, Rahmat Taufik
TRIBUNNEWS.COM, TENGGARONG - Usianya lebih seratus tahun. Kakinya panjang. Jumlahnya 13 buah untuk menopang badannya. Itulah Masjid Jami Aji Amir Hasanudin Tenggarong, warisan Kesultanan Kutai.
Masjid ini dibangun dari tahun 1850 sampai 1899 di masa pemerintahan Sultan Aji Muhammad Sulaiman, Sultan Kutai ke-17. Pemerintah Kalimantan Timur menetapkan masjid ini sebagai cagar budaya karena nilai sejarahnya.
Sekilas, arsitektur Masjid Jami Aji Amir Hasanudin Tenggarong ini bergaya mirip Masjid Demak di Jawa Tengah. Hampir seluruh konstruksi bangunannya terbuat dari kayu ulin. Beberapa lantai keramik turun sekitar tiga sentimeter akibat tanah yang labil.
Keramik sebagai alas di masjid ini direkatkan hanya dengan pasir, tanpa semen. Masjid jami ini menjadi peninggalan Kesultanan Kutai yang masih bisa disaksikan dan dipakai untuk kegiatan keagamaan sampai sekarang.
Masjid Jami Aji Amir Hasanudin Tenggarong, Kalimantan Timur. (Tribun Kaltim/Rahmat Taufik)
Dari fisiknya, bangunan masjid tidak mengalami perubahan signifikan. "Kami hanya melakukan pengecatan ulang agar warnanya tak pudar. Itu pun harus seizin pihak kesultanan," kata Musnadin, pengurus Masjid Jami Aji Amir Hasanuddin, beberapa waktu lalu.
Warna catnya didominasi putih, kuning dan hijau. Pengaruh syiar Islam dari Jawa begitu kental mewarnai bangunan ini. Sirkulasi udara di dalam masjid segar karena angin masuk dari 19 pintu yang mengelilingi bangunan. Tentu saja, banyaknya pintu membuat jemaah masjid bisa masuk dari pintu mana pun. Tiap-tiap pintu tingginya 2,5 meter.
Masjid Jami Aji Amir Hasanudin di Tenggarong memiliki 19 pintu kayu yang masing-masing setinggi 2,5 meter. (YouTube)
Masjid Jami Aji Amir Hasanudin ini mampu menampung seribu jemaah. Masjid ini mengalami penambahan kanopi agar dapat menampung jemaah yang acap membludak tiap salat Jumat atau Tarawih.
Pemeliharaan masjid ini langsung diawasi Kesultanan Kutai. Dulu, bangunan utama masjid ini diterangi oleh lampu gantung yang beratnya mencapai ratusan kilogram. Dampaknya, pilar-pilar utama masjid langsung terangkat. "Sehingga lampu pun diganti dengan lebih ringan," terang Musnadin.
Tampak kisi-kisi kubah Masjid Jami Aji Amir Hasanuddin, sehingga memungkinkan udara keluar masuk. (YouTube)
Keunikan masjid ini sampai sekarang masih menyimpan tempat cuci kaki Sultan AM Sulaiman yang berusia 200 tahun. Tempat cuci sang sultan yang menyerupai belanga itu pernah ditawar orang Rp 3 miliar.
Pada 1929, masjid ini harus dipugar, tapi tak mengilangkan sisi historisnya sejak difungsikan dari 1874 sampai 1927. Tokoh pendiri masjid ini adalah Haji Aji Amir Hasanuddin dan Tuan Guru Sayid Sagaf Baraqbah.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.