Penumpang Sipil Mengaku Bayar Rp 800.000 untuk Naik Hercules
Ester Yosephine Sihombing dan Yunita Sihombing yang menjadi korban dalam kecelakaan ini, mengaku membayar Rp 800.000 per orang.
Editor: Budi Prasetyo
TRIBUNNEWS.COM. MEDAN- Tak berselang lama dari kecelakaan pesawat Hercules C130 di Padang Bulan, Medan, Sumatera Utara, Selasa kemarin, Kepala Staf TNI Angkatan Udara Marsekal Agus Supriyatna sudah langsung menegaskan, bahwa di dalam pesawat tersebut tidak ada warga sipil, kecuali keluarga TNI.
Dia pun dengan tegas membantah kabar yang menyebutkan bahwa pesawat ini biasa dikomersialisasikan untuk membawa penumpang umum. "Siapa yang bilang. Kalau memang ada buktikan kepada saya, biar kita pecat mereka semua. Enggak ada itu yang di komersilkan, ngarang itu," ucap dia kala itu.
Agus lalu menerangkan, selain prajurit TNI, memang dimungkinkan ada keluarga TNI yang menumpang di pesawat itu. "Itu anggota semuanya, tapi keluarga jelas ada lah," ucap dia merinci da 101 penumpang dan 12 kru pesawat, terdiri dari tiga penerbang, satu navigator, dan delapan teknisi.
Namun segala penjelasan Agus itu terbantahkan dengan keterangan beberapa keluarga korban. Brigadir Polisi S Sihombing misalnya. Paman dari korban Ester Yosephine Sihombing dan Yunita Sihombing yang menjadi korban dalam kecelakaan ini, mengaku membayar Rp 800.000 per orang. Padahal ayah kedua korban adalah Serda Sahata Sihombing yang bertugas sebagai Babinsa di Koramil Ranai, Kepulauan Natuna.
"Kalau naik pesawat komersil satu jutaan per orang, mahal. Makanya mereka naik pesawat itu," kata Sihombing.
Begitu juga dengan pengakuan Tetdi Pakpahan, tante dari korban Ivan Ganda Tua Situmorang (13) yang sampai saat ini mayatnya belum diidentifikasi. Ivan yang berangkat ke Natuna bersama ayahnya yang juga menjadi korban, Marasi Situmorang, juga mengaku membayar untuk penerbangan ini.
"Mungkin uang itu karena dia bukan keluarga tentara. Dia naik pesawat ini atas anjuran temannya yang tentara. Tau sama tau, dan siapa senang sajalah. Kami pun tak percaya dia mau naik pesawat ini, orang datangnya dari Kuala Namu," kata Tetdi, Rabu kemarin.
"Bukan enggak ada duitnya, pengusaha nya dia. Tapi karena mau cepat aja dan atas anjuran kawannya yang TNI, makanya diajaknya anaknya naik pesawat ini. Adanya itu bayar-bayar," kata dia lagi.
Sementara itu, seorang perempuan berkerudung yang duduk di depan Tetdi yang sedang menungu kabar dua anak laki-lakinya, mengatakan, mereka membayar Rp 800.000 per orang. "Terus dibuat surat keterangan, bukan tiket. Salah satu isinya, jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan keluarga tidak boleh menuntut. Ya kayak gini inilah," kata dia sambil menangis.
Wanita ini tak mau menyebutkan namanya. Tak lama dia berdiri, karena petugas Posko Ante Mortem di RS Adam Malik memanggilnya.( Kontributor Medan, Mei Leandha)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.