Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Warga Desa di Buleleng Tunggu Air Bersih Sampai Tengah Malam

Sabar kemarau tiba, warga Desa Lokapaksa, kesulitan air. Mereka terpaksa mengantre menunggu air mengalir dari pukul 22.00 Wita sampai 05.oo Wita.

Editor: Y Gustaman
zoom-in Warga Desa di Buleleng Tunggu Air Bersih Sampai Tengah Malam
Tribun Bali/Lugas Wicaksono
Seorang bocah mengisi beberapa jeriken dan ember kosong dengan air dari sebuah keran di pinggir jalan Banjar Bukti Sakti, Desa Lokapaksa, Kecamatan Seririt, Buleleng, Jumat (24/7/2015). 

Laporan Wartawan Tribun Bali, Lugas Wicaksono

TRIBUNNEWS.COM, SINGARAJA - Saban musim kemarau, warga Desa Lokapaksa, Kecamatan Seririt, Buleleng, Bali, sulit mendapatkan air. Dua keran yang mengalirkan air dari mata air Desa Telaga, Kecamatan Busungbiu, Buleleng, tak tentu keluarnya.

Warga Banjar Bukti Saksi kerap memanfaatkan air dari dua keran itu untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Keran air itu dibuat sejak dua tahun lalu dari uang urunan warga dibantu keuangan desa. Tapi baru dua bulan ini mengalir airnya.

Ni Ketut Kartini mengatakan, dua keran yang tepat berada di pinggir jalan desa itu hanya mengalir pada waktu-waktu tertentu saja. Ketika air mengalir, banyak warga yang mengantre untuk mendapatkannya.

"Sudah lama di sini susah air apalagi kalau musim kemarau seperti sekarang. Ini juga airnya mengalirnya enggak pasti. Sekarang mengalir, sebentar lagi kalau banyak yang mengambil, kering lagi,” ungkap dia, Jumat (24/7/2015).

Seringkali, warga terpaksa mengantre untuk mendapatkan air bersih ketika malam hari. Sebab, air dari keran baru mengucur lancar setiap pukul 22.00 Wita sampai 05.00 Wita.

"Kadang setengah hari mati lagi, kalau malam jam sepuluh ke atas mengalir sampai subuh, jam enam mati lagi. Ya kami malam-malam antre air daripada enggak dapat,” terang dia.

Berita Rekomendasi

Setiap hari, setidaknya keluarga Kartini membutuhkan lima jeriken air yang diambil dari keran itu. Ia memanfaatkannya untuk keperluan memasak dan mencuci. Sementara untuk mandi, ia harus berjalan sejauh dua kilometer ke sungai di ujung desa.

Jika air dari keran lama tidak mengalir, Kartini bersama warga lainnya terpaksa membeli air bersih yang bersumber dari PAM desa. Satu jeriken seharga Rp 5.000 dan banyak dijual di kios-kios.

Sumber: Tribun Bali
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas