Peserta MOS Dihukum Push up 10 Kali Dianggap Wajar
Kepala Dinas Pendidikan Sidoarjo, Mustain Baladan mempersilakan panitia MOS memberikan hukuman kepada siswa sepanjang wajar, semisal push up.
Editor: Y Gustaman
Laporan Wartawan Surya, Miftah Faridl
TRIBUNNEWS.COM, SIDOARJO - Kepala Dinas Pendidikan Sidoarjo, Mustain Baladan mengklaim hari pertama sekolah dan masa orientasi siswa (MOS) berjalan lancar, Senin (27/7/2015).
Mustain menilai, penyelenggaraan MOS dilakukan tanpa praktik bullying atau perpeloncoan. "Saya sidak di tiga sekolah dan semuanya berjalan wajar. Tidak ada perpeloncoan atau bullying," ujar Mustain.
Tiga sekolah itu adalah SMA Hang Tuah Gedangan, SMA/SMK Senopati Sedati dan SMA Antartika Buduran. Dia menilai, MOS tetap bisa menggunakan pendekatan reward and punishment.
Dia tidak melarang bila panitia MOS menghukum peserta yang memang pantas dihukum. Namun begitu, hukuman tetap harus wajar dan tidak melanggar etika.
"Saya lihat ada yang disuruh push up 10 kali. Kalau itu wajarlah. Anak SMA bisa. Tapi jangan disuruh lari lapangan 10 putaran. Bisa semaput (pingsan). Itu yang saya larang," ungkap Mustain.
Dia telah mewanti-wanti agar kepala sekolah memantau langsung penyelenggaraan MOS. Mustain sempat menegur panitia MOS yang membalik dan menutupi papan namanya.
Mustain mengira ulah kakak kelas itu untuk menutupi perilaku tidak terpuji kepada adik kelasnya. Mustain lantas memanggil mereka.
"Saya tanya kenapa papan namanya dibalik. Mereka bilang tidak ada maksud apa-apa. Hanya untuk melatih adik kelas agar berani berkenalan dengan kakak kelasnya. Setelah dapat penjelasan itu, saya baru mengerti," ujar dia.
Mustain menyiagakan 43 pemantau untuk memantau pelaksanaan MOS. Mereka bertugas untuk memastikan tidak adanya pelanggaran dalam gelaran MOS. Pemantau berasal dari 18 pengawas dan 25 kepala bidang.
Para pengawas ini bakal mendatangi sekolah tanpa memberitahu di antara hari penyelenggaraan MOS.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.