Kader Muda NU Harus Lawan Kelompok Radikal
Ketua Umum Tanfidziah PBNU KH Said Aqil Siradj menegaskan, keberadaan kelompok radikal menjadi perhatian utama pengurus PBNU yang baru.
Editor: Y Gustaman
Laporan Wartawan Surya, Mujib Anwar
TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA - Ketua Umum Tanfidziah PBNU KH Said Aqil Siradj menegaskan, keberadaan kelompok radikal menjadi perhatian utama pengurus PBNU yang baru.
Menurut Kiai Said, selama kememimpinannya lima tahun ke depan, PBNU akan fokus pada agenda keumatan dan sosial, seperti bidang pendidikan, kesehatan, dan ekonomi kerakyatan.
Selain itu, ideologi Ahlus Sunah wal Jama'ah' (Aswaja) juga akan terus dijaga dan dikawal dengan cara menyampaikan serta mengajarkannya pada generasi muda agar mereka paham Islam Aswaja yang membawa kedamaian dan rahmat untuk semesta.
"Dengan tantangan yang berat itulah, kami akan mengawal Aswaja agar bisa menjadikan Islam yang moderat, toleran, dan bermanfaat, bukan hanya bagi warga NU tapi juga umat Islam di seluruh dunia," tegas Kiai Said.
Said berjanji tidak akan mengarahkan NU terjun dalam politik tertentu. Dia hanya akan fokus untuk memajukan NU, agar keberadaan ormas terbesar di Indonesia ini berguna bagi bangsa dan negara.
Pengasuh Ponpes Raudlatul Ulum, Besuki, Pasuruan, KH Mas Subadar, mengatakan selain menangkal radikalisme, pihaknya meminta pengurus PBNU benar-benar mengawal warga Nahdliyin dan umat membombardir liberalisme. "Liberalisme tidak kalah bahayanya dari radikalime," tegas dia.
Kiai Sepuh yang masuk salah satu kiai Ahlul Halli wal Aqdi (AHWA) yang menentukan Rais Aam ini meminta, setiap menyebut kata 'radikalisme' maka PBNU harus menggandengkannya dengan kata 'liberalisme.'
"Radikalisme dan Liberalisme tak boleh dipisah. Harus digandengkan, karena akibatnya sama-sama sangat bahayanya terhadap umat," tegas Kiai Mas Subadar.