Sekelumit Kontribusi Penting Sri Sultan Hamengku Buwono IX untuk Republik
Sri Sultan berbesar hati menyodorkan cek sebesar enam juta gulden kepada Soekarno. Ia merasa terharu dan langsung merangkul Sri Sultan.
Editor: Y Gustaman
Laporan Wartawan Tribun Jogja, Rendika Ferri K
TRIBUNNEWS.COM, YOGYAKARTA – Dalam sejarah Republik Indonesia, Sri Sultan Hamengku Buwono IX memiliki jasa yang begitu besar, tercatat di banyak buku sejarah. Tapi ada juga yang belum terungkap di publik selama ini.
Sejarawan Universitas Indonesia, Rushdy Hoesein, menuturkan Sri Sultan pernah duduk sebagai menteri di bidang ekonomi, tokoh politik, bahkan berperan di bidang pertahanan keamanan pada masa pra maupun pascakemerdekaan.
Sri Sultan berperan besar dalam terbentuknya organisasi kepanduan tanah air, yaitu Pramuka. Di bidang sosial, Sri Sultan aktif melaksanakan kegiatan sosial dengan mendirikan IRSI, ikatan relawan sosial Indonesia.
“Banyak sekali peran Ngarso Dalem, besar sekali kontribusinya untuk negara. Dari dulu zaman perjuangan, sampai negeri ini merdeka,” ujar Rushdi dalam diskusi publik menyoal Sri Sultan Hamengku Buwono IX di Sheraton Mustika Hotel, Yogyakarta, Selasa (18/8/2015).
Tak hanya tenaga dan pikiran yang disumbangkan, Sri Sultan pun tak segan memberikan harta benda untuk berjalannya roda republik kala itu. Menurut Rushdi, Sri Sultan sempat menyumbangkan enam juta gulden atau setara hampir Rp 6 miliar kepada pemerintah saat itu.
Pada 1949, Sri Sultan berkunjung ke Bangka bersama rombongan Jusuf Ronodipuro. Mereka hendak berkunjung ke pulau Bangka untuk bertemu Soekarno dan tokoh republik yang ditawan belanda.
Di sela menikmati sarapan, mereka berbincang bahwa kas negara kosong usai agresi militer kedua Belanda. Soekarno dan Hatta kala itu mengeluh tak mempunyai dana untuk memindahkan republik ke Yogyakarta.
Mendengar hal tersebut, Sri Sultan berbesar hati menyodorkan cek sebesar enam juta gulden kepada Soekarno. Soekarno merasa terharu dan langsung merangkul Sri Sultan. “Waktu itu Jusuf Ronodipuro sendiri yang meyaksikan peristiwa tersebut. Sultan menyerahkan cek itu di Bangka,” beber Rushdy.
Ketika Jusuf akan mencantumkan peristiwa tersebut dalam biografinya berjudul ‘Tahta untuk rakyat’, Sri Sultan tak berkenan peristiwa tersebut ditulis. ”Kata Sultan, 'tak usahlah. Pengorbanan rakyat lebih besar artinya daripada uang, berapa pun besar bantuan uang.' terang Rushdy menirukan percakapan Jusuf dan Sri Sultan .
Pada akhirnya peristiwa tersebut tak pernah disebutkan dalam buku biografi Sultan Hamengku Buwono IX, 'Tahta untuk Rakyat,' dan seakan-akan tak pernah terjadi. Padahal tak hanya sekali saja Sri Sultan menyumbang untuk republik untuk kepentingan gerilya.
“Banyak sekali beliau berkontribusi, tak terhitung berapa kali. Sempat tercatat, dana sebesar sembilan juta diberikan untuk dana pasukan gerilyawan pimpinan Letkol Soeharto kala itu,” tandasnya.