Ambil Jalur Pintas Naik Haji, Tiga Warga Parepare Tertipu Puluhan Juta
RN, ibu dan tantenya, Hajrah Amin (67) dan Rosmidah Amin (71), tertipu Rp 43,2 juta oleh oknum yang menawarkan jalur cepat naik haji untuk tahun ini.
Editor: Y Gustaman
Laporan Wartawan Tribun Timur, Ilham Mangenre
TRIBUNNEWS.COM, MAKASSAR - Panggilan itu tak kunjung tiba. RN, ibu dan tantenya, Hajrah Amin (67) dan Rosmidah Amin (71), harap-harap cemas mendapat telepon seseorang untuk memasuki Asrama Haji Sudiang, Makassar Sulawesi Selatan.
Sampai masanya calon jemaah haji kelompok terbang I embarkasi Makassar sudah memasuki Asrama Haji Sudiang, RN memutuskan mengadukan persoalannya ke Redaksi Tribun Timur, Kamis (20/8/2015) siang. Ia tak pernah jauh dari telepon genggamnya sejak Selasa (18/8/2015). Begitu juga di hari berikutnya.
RN, ibu dan tantenya dijanjikan jalur cepat sebagai calon jemaah haji tahun ini oleh seorang oknum yang mengaku anggota polisi Polda Sulselbar. Sementara uang puluhan juta sudah melayang, orang yang menjanjikan ketiganya berangkat haji kini menghilang. RN sudah melaporkan penipuan ini ke Polda Sulselbar.
"Dia (penipu) janji kami untuk diberangkatkan ke Tanah Cuci hari ini, tanggal 20 Agustus 2015, tapi ternyata bohong, dihubungi tapi nomornya tidak aktif,” cerita RN kepada Redaksi Tribun Timur.
Oknum polisi itu mengaku kepada RN bernama Alexander Glen Reupasa (33) alias Rony alias Iwan. Menurut pengakuannya, Alexander selain sebagai anggota Polda Sulselbar juga menyambi sebagai pengurus calon jemaah haji dan tinggal di Makassar.
"Dia sudah ambil uang kami Rp 43,2 juta dan masih ada lagi. Bukan hanya uang kami yang dia ambil, HP Samsung S4 saya juga dia ambil. Alasannya macam-macam. Dia mengaku polisi dan katanya punya jaringan di Depag bernama Abel Patti,” lanjut RN.
Wanita berjilbab asal Kota Parepare itu mengaku sudah tiga kali didatangi Rony di Mamuju. Ia menawari RN jasa pengurusan haji jalur cepat. Fitri adalah orang yang memperkenalkan Rony kepada RN. Karena Fitri adalah teman RN, akhirnya tawaran Ronny diterima.
Setelah sepakat soal jasa yang ditawarkan, Rony menghilang. Komunikasi hanya berlangsung lewat telepon. Sejak saat itu ia berkali-kali meminta RN mengirimkan uang melalui ATM untuk pengurusan haji."Akhirnya sampai total segitu (43,2 juta). Setelah dia ambil uang, dihubungi eh tidak aktif nomornya, sudah menghilang,” jelas RN.
Setelah mentrasfer uang Rp 43,2 juta, polisi gadungan tersebut mengabarkan RN bahwa batas pelunasan dilakukan 14 Agustus sekaligus untuk cek koper. RN diminta menunggu. Namun, sejak 9 Agustus, nomor telepon Rony tidak bisa lagi dihubungi. RN memperlihatkan foto Rony kepada Tribun Timur. Begitu pula hasil laporannya ke Polda Sulselbar.