Ini Jurus Baru Mucikari Menghidupkan Kembali Bisnis Esek-esek di Dolly
Mucikari yang beroperasi di Dolly, Surabaya memadukan jurus lama dengan jurus baru dalam menjalankan bisnis prostitusinya.
Editor: Sugiyarto
TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA - Mucikari yang beroperasi di Dolly, Surabaya memadukan jurus lama dengan jurus baru dalam menjalankan bisnis prostitusinya.
Sebagaimana modus sebelum ditutup, mucikari melambaikan tangan kepada pengendara yang melintas.
Transaksi baru dibuka bila ada pengendara yang menghentikan kendaraannya.
“Tidak ada foto. Saya hanya menjelaskan ciri-ciri PSK-nya,” kata seorang mucikari, Sugianto, Selasa (25/8/2015).
Bisnis ini masih menggunakan rumah bordil, sebutan halusnya "wisma", yang telah ditutup Wali Kota Tri Rismaharini sehaun silam. Wisma ini memang tidak memperlihatkan aktivitas dari luar.
Biasanya pengelola wisma mematikan lampu luar sehingga terkesan tidak ada aktivitas.
Satpol PP atau polisi yang melakukan patroli pasti tidak mengetahui bila wisma itu masih beroperasi.
Agar aktivitas wisma tidak terlihat mencolok, pelanggan maupun PSK yang akan melayani tidak lewat melalui pintu depan.
Pelanggan masuk melalui pintu belakang dan langsung masuk kamar. PSK yang datang menyusul pun masuk wisma melalui pintu belakang.
Menurutnya, para mucikari selalu waspada bila ada razia Satpol PP atau polisi.
Mereka tidak akan melambaikan tangan kepada pengendara bila ada kendaraan Satpol PP atau polisi.
Mereka akan nongkrong di warung kopi di sekitar wisma.
“Kalau ada razia, saya hubungi PSK-nya agar segera keluar,” tambahnya.
Setiap PSK dibanderol seharga Rp 200.000-300.000. Harga ini belum tarif kamar seharga Rp 30.000 sekali pakai.
Pelanggan bisa membayar sendiri tarif kamar atau membayar sekalian ke mucikari.
Tapi tidak semua PSK dibanderol minimal Rp 200.000. Mucikari yang memiliki lima anak buah ini mengungkapkan tarif itu berlaku bila banyak pelanggan.
Bila sampai malam tidak ada pelanggan yang datang, dia mematok tarif sekitar Rp 150.000.
Bila tarif itu sekalian biaya kamar, mucikari akan memotong sesuai harga kamar. Sisanya dibagi rata antara mucikari dan PSK.
“Kami beroperasi mulai sore sampai malam,” terang Sugianto.