Kisah di Balik Karnaval Busana di Jember, Ada yang Terpaksa, Ada yang Bersemangat
Ada yang berjuang habis-habisan untuk bisa tampil maksimal di puncak karnaval (grand carnival) Jember Fashion Carnaval(JFC) ke-14, Minggu (30/8/2015).
Editor: Sugiyarto
TRIBUNNEWS.COM, JEMBER - Ada yang berjuang habis-habisan untuk bisa tampil maksimal di puncak karnaval (grand carnival) Jember Fashion Carnaval(JFC) ke-14, Minggu (30/8/2015).
Namun ada yang juga merasa terpaksa ikut JFC kali ini.Perjuangan maksimal seperti ditunjukkan Sulaiman Arozy (22), yang menjadi asisten leader dalam defile Parrot dalam JFC bertema 'Outframe' tahun ini.
Perjuangan Rozy, panggilan akrabnya, setidaknya bisa dilihat dari perjalanan pemuda itu ke Jember selama enam bulan terakhir.
Pemuda itu berasal dari Kecamatan Tamanan Kabupaten Bondowoso. Ia juga tetap memilih tinggal di Tamanan meskipun harus bolak-balik ke Jember untuk menyukseskan JFC.
"Kalau dihitung, bolak-balik Bondowoso - Jember sekitar 50an kali sepertinya ada. Selama mempersiapkan JFC ini," ujar Rozy kepada Surya. Padahal jarak rumahnya ke JFC Centre atau ke Alun-Alun Jember sekitar 40 KM.
Namun Rozy rela melakoninya. Dan untuk melakoni perjalanannya itu, Rozy memilih kendaraan sepeda motor.
"Ya pakai sepeda motor lah. Bahkan membawa kostum ini saya juga naik motor PP Jember - Bondowoso," imbuhnya.
Sebagai anggota senior di JFC, Rozy harus mampu mandiri termasuk membuat kostum yang bisa dibawanya sendiri meskipun naik sepeda motor.
Padahal kostum Parrot milik Rozy kali ini bukanlah kostum biasa. Karena berada dalam defile Parrot, terang saja, Rozy harus menampilkan gambaran si burung itu.
Salah satunya melalui sayap yang berbulu dan warna cerah. Dan jangan dikira sayapnya sekecil sayap burung Parrot yang asli.
"Tentu saja besar. Tetapi sayap saya bisa ditarik untuk dikembangkan dan ditarik untuk dilipat kembali. Sehingga simple ketika dibawa," ujarnya.
Saat tampil di hadapan ratusan ribu penonton, sayap Rozy mengembang lebar didominasi warna hijau dan kuning.
Tidak lupa, ia juga memakai mahkota dan pernak-pernik lain yang menggambarkan burung Parrot.
Rozy bergabung sejak JFC ke-7. Karenanya ia berusaha tampil maksimal dalam setiap penampilannya.
Untuk kostum JFC ke-14 ini, ia merogoh kocek sampai Rp 1 juta. Meskipun setiap tahun terlibat aktif di JFC, Rozy tidak memilih tinggal di Jember karena ia memiliki pekerjaan di Tamanan, Bondowoso.
Melihat pilihan Rozy, terlihat adanya ikatan perasaaan antara ia dan JFC. Namun hal ini tidak terjadi dengan talent lain, seperti Rusyda.
Remaja kelas 2 SMKN 3 Jember itu terpaksa mengikuti JFC tahun ini.
Sebenarnya ini merupakan pertama kalinya ia mengikuti JFC. Sebab, sekolahnya berpartisipasi dalam JFC dan ia, salah satu murid, yang terlibat dalam JFC.
Terdapat 42 orang talent dari SMKN 3 Jember yang terlibat dalam JFC ke-14. Mereka tampil dalam defile Ikebana, sebuah defile cantik yang menampilkan seni merangkai bunga dari Jepang.
"Ikut karena terpaksa sih. Sekolah nyuruh, tetapi sempat nggak mau. Terus orang tua ngijinkan, ya akhirnya ikut juga," ujar Rusyda.
Rusyda enggan ikut karena capek usai berlatih. Meskipun, ia termasuk model di sekolah yang dikenal dengan jurusan tata busana, boga, dan kecantikan itu.
Sebagai murid tata busana, Rusyda terbiasa mendesain dan menjahit baju. Ia juga menjadi model ketika ada peragaan busana di sekolahnya.
"Cukup sekali saja ikut JFC, capek. Tahun depan nggak ikut lagi," imbuhnya.
Meskipun capek, Rusda tetap tampil maksimal. Remaja itu tampil dalam pakaian berwarna hitam, yang dimeriahkan oleh aneka warna bunga.
Kostum-nya elegan. Ia pun membuat kostumnya sendiri, baik dalam hal desain dan menjahit.
Sedikit berbeda dengan Rusyda, Novita Wahyunitias dari SMAN Kalisat mengaku tidak kapok ikut JFC. Tampil dalam defile Melanesia, Tias tampil dengan menonjolkan etnisitas Melanesia.
Ini juga menjadi penampilan perdananya. Ia terlibat karena sekolahnya berpartisipasi dalam karnaval tahunan itu.
"Memang capek sih, tetapi tahun depan pingin ikut lagi. Banyak ilmu yang saya dapat, terutama tentang kedisiplinan, seperti kedisiplinan terhadap waktu," tegas Tias.
Dalam JFC kali ini, Tias merangkai sendiri kostumnya. Ia mendapatkan bantuan bahan kostum dari sekolah seperti kain, tali, dan manik-manik. Karenanya, ia cukup mengeluarkan dana pribadi sebesar Rp 200.000 untuk mempercantik kostumnya.
Untuk persiapan tampil di puncak karnaval ini, selama tiga bulan terakhir, ia dan 34 orang temannya dari SMAN Kalisat dilatih gerak dan tari.
Setiap minggu selama tiga bulan, Tias berangkat ke Kota Jember, berjarak sekitar 25 KM dari sekolahnya.
"Sekarang sudah percaya diri tampil di hadapan masyarakat," lanjutnya.
JFC International Event ke-14 mengambil tema 'Outframe', sebuah gerbang untuk melintasi batas dalam berkarya.
Tema itu diejawantahkan dalam 10 defile yakni Majapahit, Ikebana, Fossil, Melanesia, Circle, Pegasus, Lionfish, Egypt, Parrot dan Reog. (sri wahyunik)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.