Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Korban Lumpur Lapindo Ini Gagal Berangkat Haji Gara-gara Muslikah

Mariati, tak bisa menahan sedihnya ketika menceritakan kerja kerasnya selama bertahun-tahun untuk berangkat haji pupus dalam sehari.

Editor: Sugiyarto
zoom-in Korban Lumpur Lapindo Ini Gagal Berangkat Haji Gara-gara Muslikah
surya/miftah faridl
Maryati menunjukkan paspornya, Senin (31/8/2015) 

TRIBUNNEWS.COM, SIDOARJO - Ada banyak cerita membahagiakan dari pengalaman para calon jemaah haji. Ada yang harus bertahun-tahun mencari rumput, ada pula yang menjadi tukang rombeng.

Dari kerja keras mereka, pintu rumah Allah pun terbuka. Namun, ada juga kisah pilu muncul dari calon jemaah haji yang akhirnya gagal berangkat.

Mariati, tak bisa menahan sedihnya ketika menceritakan kerja kerasnya selama bertahun-tahun untuk berangkat haji pupus dalam sehari.

Warga Dusun Balongnonggo, Desa Renokenongo, Kecamatan Porong itu dinyatakan tak bisa berangkat haji. Perempuan 65 tahun itu tak berdaya. Dia pun hanya bisa pasrah.

Tas biru yang rencananya menemani dia selama 14 jam berada di pesawat yang membawanya ke Tanah Suci, tak lepas dari pelukannya. Telinga Maryati terus terngiang suara shollawat haji.

“Saya masih terbayang akan berangkat hari ini ke Tanah Suci,” ujarnya lirih ketika ditemui beberapa wartawan di rumahnya, Senin (31/8/2015).

Maryati adalah korban lumpur Lapindo. Pasca bencana semburan lumpur pada 2006 silam, Maryati dan keluarga pindah ke Desa Kalisampurno, Kecamatan Tanggulangi, Kabupaten Sidoarjo.

Berita Rekomendasi

Uang ganti rugi lumpur itulah yang dipakainya untuk menabung haji. Dia mendaftarkan diri pada 2009.

Diceritakan Sabar, suami Maryati, istrinya gagal berangkat haji lantaran ada perbedaan nama. Di paspor, nama Maryati tertera Muslikah.

Maryati mendaftar haji membawa dokumen, antara lain, KTP dan Kartu Keluarga. Di dua dokumen otentik itu, tertulis nama Maryati. Nah masalah muncul saat mengurus paspor.

“Saat mengurus paspor, isteri saya membawa buku nikah. Dalam buku nikah itu, namanya masih Muslikah. Itu memang benar nama isteri saya yang asli. Dulu memang begitu. Kemudian kami ubah menjadi Maryati,” ujar lansia 75 tahun itu.
Sabar mengatakan, pengubahan nama ini karena isterinya sakit-sakitan.

Maryati sakit-sakitan usai melahirkan anak pertama. Dalam tradisi Jawa, mahfum seseorang mengganti nama karena sakit.


Bisanya, kondisi ini terjadi pada bayi atau anak-anak. Kasus Maryati mungkin jadi pengecualian.

Hingga saat ini, dia menyandang nama Maryati. Meski begitu, beberapa dokumen miliknya tercantum nama yang berbeda.

Halaman
12
Sumber: Surya
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas