Ribuan Warga Blitar Rela Jalan Kaki Sejauh 2 Kilometer Demi Air
Satu-satunya sumber mata air yang masih keluar airnya berada di belik, tepatnya di tengah sawah.
Editor: Wahid Nurdin
Laporan wartawan Surya, Imam Taufiq
TRIBUNNEWS.COM, BLITAR - Ribuan warga di Kabupaten Blitar harus berjalan kaki menempuh jarak dua kilometer untuk mendapatkan air.
Setiap kemarau tiba, aktifitas ini seperti sudah menjadi rutinitas warga di Dusun Cungkup, Desa Ngerendeng, Kecamatan Selorejo.
Satu-satunya sumber mata air yang masih keluar airnya berada di belik, tepatnya di tengah sawah.
Namun, untuk menjangkau ke lokasi belik air itu tak mudah karena jalannya setapak dan naik turun perbukitan.
Warga yang ingin mengambil air harus rela berjalan kaki sejauh lebih kurang dua kilometer.
Hal itu juga dilakukan Santoso (32), warga Dusun Cungkup, Desa Ngerendeng.
Begitu berada di sumber air, ia dan warga tak bisa langsung mengambil airnya, melainkan harus bergiliran.
Sebab, tempatnya sangat kecil, sementara warga yang membutuhkan air cukup banyak.
"Nggak ada air, ya susah. Namun, begitu dapat air, ya susah karena membawanya cukup jauh, apalagi harus berjalan kaki karena jalannya tak bisa dilalui sepeda motor," paparnya, Minggu (27/9/2015) siang.
Menurutnya, setiap musim kemarau seperti ini, dirinya jarang mandi karena tak ada air.
Hal itu dikarenakan kalau mandi di belik siang hari menurutnya tidak mungkin, sebab selain tak ada penutupnya, banyak warga yang antre mengambil air.
Ia lebih mengutamakan air untuk minum dan memasak, bahkan buat mencuci saja kadang tak ada.
"Ya, terpaksa, kandang saya nggak mandi sampai berhari-hari, asal bisa minum saja," paparnya.
Sutejo (48), ketua RT 3/RW 4, Dusun Cungkup, mengatakan, sebenarnya di dusunnya itu ada sumber air bantuan dari pemerintah namun bila musim kemarau seperti ini, airnya sudah tak mencukupi.
Akhirnya, warga tiap RT dijatah secara bergilir, dalam seminggu hanya tiga kali. Itu pun, hanya mengalirnya malam hari.
Namun, sering kali pada gilirannya, airnya malah tak mengalir karena banyaknya pemakai.
Terutama, warga yang rumahnya berada di dataran tinggi, dipastikan tak bakalan mendapatkan jatah air.
"Akhirnya, warga terpaksa mengambil air ke belik," paparnya.
Ahmad Basori, Kades Ngerendeng, mengatakan, hampir semua warganya yang berjumlah 2.340 kepala keluarga (KK) mengalami kekurangan air pada musim kemarau seperti ini.
Untuk mengatasinya, warga kebanyakan mengambil air ke belik.
"Rencananya, kami akan mengajukan bantuan pipanisasi ke pemkab, agar warganya tak jadi langganan kesulitan air tiap musim kemarau," pungkasnya.
Heru Irawan, Kepala BPBD Kabupaten Blitar mengatakan, selama musim kemarau ini pihaknya sudah membantu banyak desa yang kekurangan air.
Khususnya di Blitar selatan, seperti di Kecamatan Wonotirto, Bakung, dan Panggungrejo.
"Namun, untuk desa yang masih ada sumber mata airnya, kami belum bisa membantu.
Sebab, yang kami utamakan, mereka yang benar-benar kekurangan air," ujarnya.