Ikan Kebanggaan Masyarakat Belinyu Menghilang Akibat Tambang
"Dulu ikan Pari sampai empat meter, sekarang tinggal legenda, tinggal cerita. Dulu sotong beruk hampir semeja besarnya sekarang dakdo lagi," sesalnya.
Editor: Wahid Nurdin
Laporan Wartawan Bangka Pos Nurhayati
TRIBUNNEWS.COM, BANGKA - Komunitas Pecinta Alam (Kompala) Belinyu menilai selama ini para pengunjung yang ke Pulau Putri masih beranggapan sama dengan mengunjungi tempat wisata yang lain.
Padahal Kompala menginginkan para pengunjung bisa belajar banyak mengenai beragam habitat laut disana sehingga bisa menjadi tempat edukasi.
Ketua Komunitas Pecinta Alam (Kompala) Belinyu, Ari Darmansyah, kepada bangkapos.com (Tribunnews.com network) menyesalkan kondisi tersebut, Rabu (30/9/2015).
Menurutnya, dulu masih banyak ikan kebanggaan orang Belinyu seperti ikan Selanget yang sekarang sudah tidak ada lagi, begitu juga ikan-ikan lainnya.
"Dulu ikan Pari sampai empat meter, sekarang tinggal legenda, tinggal cerita. Dulu sotong beruk hampir semeja besarnya sekarang dakdo lagi," sesalnya.
Untuk itu ia ingin mengajak masyarakat bisa berpikir jangan hanya mengejar kepentingan sesaat dengan penambangan timah sehingga ekosistem yang ada di perairan Pulau Putri dan Pulau Lampu rusak.
Karena potensi ekosistemnya bagus, seperti yang disampaikan wabup kawasan Pulau Putri dan Pulau Lampu ini ada destinasi wisata, pihaknya akan menjaga kawasan DKP ini.
"Kita dari Kompala melakukan apa yang bisa kita kerjakan. Alhamdulillah kita mendapat dukungan dari pemerintah. Disampaikan pak wabup tadi pemerintah mendukung penuh kegiatan kita," jelas Ari.
Selama ini pihaknya menurut Ari melakukan kegiatan menjaga Pulau Putri dan Pulau Lampu ini secara swadaya tanpa bantuan pemerintah.
"Kami ingin menunjukkan kinerja bahwa ada kreatifitasnya dan memang pantas untuk disupport. Kita juga berharap menjadi stakeholdernya bersama DKP, masyarakat terutama pemerintah bersama-sama menjaga kelestarian Pulau Putri," harap Ari.