Kisah Orang Pandak di Danau Gunung Tujuh, Tingginya Cuma Setengah Meter
Ia tidak berekor, tapi telapak kakinya menghadap ke belakang. Beberapa penduduk mengaku pernah melihatnya, tapi makhluk itu menghilang secepat kilat.
Editor: Wahid Nurdin
Laporan wartawan Tribun Jambi, Edi Januar
TRIBUNNEWS.COM, JAMBI - Selain terkenal dengan keindahan danau dan alamnya, Danau Gunung Tujuh yang terbentuk akibat letusan gunung sejak ratusan tahun lalu, juga menjadi tempat hidup beragam flora dan fauna, beberapa diantaranya adalah jenis langka dan dilindungi.
Berbagai jenis satwa hidup secara alami, seperti harimau Sumatera, kambing hutan, rusa, tapir, dan beruang madu, banyak ditemukan di sini, serta beragam burung langka dan endemik Kerinci.
Tumbuhan yang hidup di kawasan inipun beragam, dengan primadona berbagai jenis anggrek alam dan bunga kantong semar. Jadi bisa berwisata sekaligus belajar.
Danau ini merupakan sumber mata air dari Sungai Batang Sangir serta Air Terjun Telun Berasap, yang mengairi ribuan hektare lahan pertanian masyarakat yang terdapat di beberapa Provinsi di Sumatera.
Bukan hanya ketinggian dan keindahan alamnya yang mengagumkan, namun kejernihan air Danau Gunung Tujuh, juga menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan.
Dari hasil penelitian yang dilakukan, air Danau Gunung Tujuh merupakan air baku terbaik di Asia Tenggara, sehingga dimanfaatkan oleh PDAM Tirta Sakti Kerinci.
Namun di balik keindahan dan keragaman flora faunanya, serta kejernihan airnya, ada mitos menarik yang bisa ditelusuri di Danau Gunung Tujuh ini. Menurut masyarakat setempat, danau ini adalah danau keramat.
Warga percaya, danau ini dihuni dan dijaga oleh mahkluk gaib yang berbentuk seperti manusia yang bernama Saleh Sri Menanti dan Lbei Sakti.
Selain itu, ada juga para pengawal dari mahkluk gaib tersebut yang berbentuk harimau.
Di danau ini juga, dikabarkan hidup orang pendek kaki terbalik, yang selama ini sudah melegenda.
Orang pendek yang dimaksud adalah makhluk kecil setinggi 50 cm yang bentuknya kombinasi manusia dan orang utan.
Ia tidak berekor, tapi telapak kakinya menghadap ke belakang. Beberapa penduduk mengaku pernah melihatnya, tapi makhluk itu menghilang secepat kilat.
Beberapa peneliti asing mengklaim telah bertemu dengan sosok misterius di dua gunung ini.
Begitupun peneliti lokal yang bernama Iskandar Zakaria, yang mengaku sudah melihat makhluk fenomenal itu.
Debby Martir, peneliti asal Inggris, kepada Tribun mengatakan pernah melihat makhluk itu sekilas.
Mereka kemudian mengadakan penelitian sejak 1995. WWF juga ikut mendanai penelitian untuk menyibak misteri orang pendek.
Dia menyebutkan, orang pandak adalah sebangsa satwa langka yang sudah hidup sejak ratusan tahun lalu.
“Bentuknya seperti orang utan. Bedanya hanya orang pandak lebih banyak di darat, sementara orang hutan lebih banyak hidup diatas pohon,” beber Debby.
Dikatakannya, sejak ia melakukan penelitian pada tahun 1994 sampai tahun 1999, sudah lima kali menjumpai orang pandak di lima lokasi berbeda.
“Desember 1994, saya sudah berhasil menemukan orang pandak,” katanya.
Lima lokasi yang menjadi tempat penemuan orang pandak adalah di Gunung Tujuh, Pesisir Selatan, Muko-muko, Pasaman, dan dikawasan Merangin.