'Saya yang Ambil Jasad Hamsjah, Dia Tertembak, Hancur Jasadnya, Tinggal Separuh'
Di tengah pertempuran hebat yang berlangsung di Naputi, Balatikon, Sebuku, Soedjana berupaya mengangkat jasad kawannya itu.
Editor: Dewi Agustina
Laporan Wartawan Tribun Kaltim, Niko Ruru
TRIBUNNEWS.COM, NUNUKAN - Pikiran Peltu S Soedjana bercampur aduk. Tembakan tentara musuh dari balik perbatasan Sabah, Malaysia, membuat sejumlah rekannya tewas.
Pertempuran pada Selasa, 10 Agustus 1965 ikut menewaskan Kopral KKO Hamsjah.
Di tengah pertempuran hebat yang berlangsung di Naputi, Balatikon, Sebuku, Soedjana berupaya mengangkat jasad kawannya itu.
"Saya yang ambil mayatnya. Dia tertembak, hancur jasadnya. Tinggal separuh," ujarnya, Senin (5/10/2015) disela acara tabur bunga dalam rangka Hari Ulang Tahun ke-70 Tentara Nasional Indonesia di Taman Makam Pahlawan Djaya Sakti.
Pertempuran Naputi menjadi pertemuan terakhir kedua sahabat itu. Kedekatan keduanya membuat Soedjana tak mampu menahan duka yang begitu dalam atas kepergian Hamsjah.
"Satu minggu saya tidak makan. Saya teringat terus," ujar pria yang saat pensiun membuka klinik pengobatan.
Kematian Hamsjah yang begitu membekas bagi Soedjana bukan tanpa alasan. Bertahun-tahun, Hamsjah dan Soedjana tinggal bersama-sama di asrama yang sama.
"Saya satu tempat tidur," ujarnya.
Hamsjah sebagai training datesemen, dikenal sebagai sosok periang yang suka menghibur rekan-rekannya di asrama.
Hamsjah dan Soedjana kemudian dikirim ke Nunukan untuk berperang melawan pendudukan Inggris di Sabah, Malaysia, saat konfrontasi Republik Indonesia-Malaysia tahun 1960-an silam.
Keduanya bergabung dalam Pasukan Komando I Korps Komando Operasi (KKO) Angkatan Laut, yang kini berubah nama menjadi Korps Marinir.
"Saya hampir 10 tahun sama-sama. Selama pendidikan sampai di pasukan tempur," katanya.
Kini saban tahun, Soedjana hanya bisa memandangi pusara Hamsjah sambil menaburkan bunga dan memanjatkan doa padanya.
"Saya kenal semua yang ada di sini. Semua anak buah saya. Yang di sana, itu gugur saat pertempuran di Siglayan Tempur. Kalau yang di tengah ini gugur di Naputi," katanya menunjuk ke sejumlah makam.
Soedjana mengatakan, setiap mengikuti tabur bunga di Taman Makan Pahlawan Djaya Sakti, Kecamatan Nunukan, dia selalu mengingat rekannya. Dia mengenang dan mendoakan rekan-rekannya yang telah gugur.
"Dan kami yang masih hidup ini akan melanjutkan perjuangan ini semampu kami," katanya.
Dia pun berharap, perjuangan yang sudah dilakukan ini ‘dibayar’ dengan mewujudkan tentara yang berkualitas dan profesional serta jujur dan mengamalkan Pancasila.
"Haruslah menjadi tentara nasionalis sejati," katanya berharap.