Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Ini Sebab Rusunami Sulit Dibangun di Surabaya

Menurutnya, kendala paling besar bagi pengembang untuk mewujudkan program satu juta rumah yaitu soal ketersediaan lahan.

Editor: Wahid Nurdin
zoom-in Ini Sebab Rusunami Sulit Dibangun di Surabaya
bumn.go.id
Ilustrasi Rusunami. 

Laporan wartawan Surya, Samsul Hadi

TRIBUNNEWS.COM, KLOJEN - Wakil Gubernur Jawa Timur, Saifullah Yusuf, mendorong pengembang perumahan untuk membangun rumah susun milik (Rusunami).

Langkah itu demi menyiasati sulitnya mencari lahan untuk pembangunan perumahan.

Menurutnya, pembangunan rusunami perlu dipikirkan mulai sekarang.

Selama ini, pengembang mengeluhkan ketersediaan lahan untuk perumahan.

"Apalagi di beberapa wilayah seperti Surabaya, Sidoarjo, dan Malang, harga tanah terus naik," kata Gus Ipul, panggilan akrab Saifullah Yusuf saat menghadiri Rakerda DPD Apersi Jatim, di Kota Malang, Selasa (6/10/2015).

Dikatakannya, pembangunan rusunami ini menjadi bagian mewujudkan program satu juta rumah yang dicanangkan Presiden Jokowi.

Berita Rekomendasi

Menurutnya, kendala paling besar bagi pengembang untuk mewujudkan program satu juta rumah yaitu soal ketersediaan lahan.

Pengembang semakin sulit mencari lahan untuk pembangunan perumahan.

"Kalau pun ada lahan kosong berada di wilayah pinggiran. Aksesnya yang sulit. Sedangkan lahan di dekat kota sudah mahal. Salah satu solusinya ya membangun rusunami. Kebutuhan lahannya lebih efisien. Lahannya juga jangan yang produktif," ujarnya.

Ketua DPD Asosiasi Pengembang Perumahan dan Permukiman Seluruh Indonesia (Apersi) Jatim, Aditya Setiawan mengatakan pembangunan rusunami sudah waktunya.

Khususnya di wilayah Surabaya, Sidoarjo, dan Malang, yang harga tanah sudah mahal.

Tetapi, yang menjadi kendala bagi pengembang untuk membangun rusunami soal pembayaran akad uang tanda jadi.

Pencairan akad tanda jadi atau uang muka dilakukan setelah pembangunan selesai 100 persen. Sementara, uang muka untuk membeli rusunami hanya Rp 1 juta.

"Misalnya, kami punya 900 unit rumah atau gedung 20 lantai dengan biaya pembangunan Rp 100 miliar. Kalau uang mukanya Rp 1 juta berarti kami dapat uang Rp 900 juta. Itu pun pencairannya lama menunggu bangunan selesai. Hal ini yang menyebabkan pembangunan rusunami sulit dilakukan," katanya

Sumber: Surya
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas