Keluarga di Sleman Berharap Korban Selamat
Keluarga tampak saling menenangkan terutama ibunda Fransiskus Subihardayan, Sri Handayani yang terlihat masih terpukul atas kejadian itu.
Editor: Dewi Agustina
TRIBUNNEWS.COM, SLEMAN - Suasana haru menyelimuti rumah korban hilangnya helikopter di Kabupaten Samosir, Sumatera Utara.
Helikopter yang berpenumpang lima orang tersebut hilang kontak saat akan menuju Bandara Kuala Namu. Dua orang di antaranya berasal dari Sleman, yakni Nur Harianto (46) dan Fransiskus Subihardayan (22) yang beralamat di Dusun Tegal Bojan, Pedukuhan Sumodaran, Purwomartani, Kalasan, Sleman.
Tak ada aktivitas mencolok saat wartawan Tribun Jogja (Tribunnews.com Network) mendatangi rumah tersebut. Keluarga tampak saling menenangkan terutama ibunda Fransiskus Subihardayan, Sri Handayani yang terlihat masih terpukul atas kejadian itu.
Sri Handayani hanya mengurung di kamar ditemani keluarganya. Di tangan mereka terbelit kalung rosario, yang digunakan untuk berdoa bagi umat Katolik. Kesedihan yang berkecamuk tersebut mengakibatkan Sri Handayani jatuh pingsan. Seketika itu pula isak tangis membahana di rumah tersebut.
Seorang kerabat dekat, Prawigyo sri winoto (74), mengatakan Nur Harianto dan Fransiskus Subihardayan masih memiliki hubungan keluarga. Frans, panggilan Fransiskus Subihardayan, merupakan keponakan dari Nur Harianto dan keduanya bekerja di PT Penerbangan Alam Semesta Surabaya.
"Frans ini anak tunggal, dia ikut kerja dengan pakdenya (Nur Harianto), sejak kecil ia memang disekolahkan oleh pakdenya di SMK Penerbangan, ayahnya telah meninggal, kalau ibunya bekerja di RS Pantirapih sebagai perawat," jelas Prawigyo, Senin (12/10/2015).
Prawigyo menjelaskan ia mendapatkan kabar hilangnya helikopter dan diduga jatuh tersebut dari kerabatnya yang berprofesi sebagai TNI di Jakarta, Minggu (11/10/2015). Ia mengaku terkejut setelah dua saudaranya tersebut menjadi korban dalam peristiwa nahas itu.
"Sampai saat ini kami masih belum mendapat kabar terbaru dari Medan, kelaurga berharap mereka berdua selamat," ucap Prawigyo disambut isak tangisnya.
Benidektus Suryosaputra (29), sepupu dari Frans, juga mengatakan hal yang senada. Dia mengatakan sampai Senin sore pihak keluarga belum mendapatkan keterangan yang pasti dari pihak terkait. Ia menceritakan tahu kabar itu dari televisi.
Berbagai usaha dilakukan oleh keluarga untuk mencari kabar terbaru terkait musibah itu. Hari itu, ia mendapatkan kabar bahwa pencarian helikopter yang membawa dua saudaranya terpaksa dihentikan karena kendala cuaca.
Benidektus menceritakan belum lama ini ia sempat melakukan percakapan dengan Frans melalui Blacberry Messanger (BBM). Dalam percakapan itu Frans mengatakan bekerja sebagai crew di penerbangan sangatlah berat.
"Padahal bulan depan ia (Frans) merencanakan untuk pulang. Kalau pakdenya itu tinggal di Surabaya, tapi memang asli sini," jelasnya.
Prawigyo pun juga mengatakan Frans pada bulan Desember berencana akan pulang. Selain itu untuk merayakan Natal, keluarga tersebut juga akan mengadakan doa bersama mengenang neneknya yang telah meninggal.
Di kalangan keluarga, Frans merupakan sosok yang taat beragama. Ia pun aktif dalam aktivitas gereja dan mengenal baik satu sama lain dengan sesama jemaat.
"Dia sudah menganggap saya sebagai bulek sendiri, dia tidak membeda-bedakan," jelas Prawigyo yang merupakan adik dari nenek Frans.
Dari infomarsi yang dihimpun, helikopter berisi 5 orang tersebut milik PT Penerbangan Angkasa Semesta. Helikopter itu dicarter pengusaha asal Samosir yang tinggal di Jakarta Marihad Simbolon.
Semula, helikopter tiba di rumah Marihad Simbolon di Desa Siparmahan, Kecamatan Harian, Samosir, Minggu (11/10/2015) pukul 10.30 WIB.
Setelah menurunkan Marihad Simbolon dan keluarga, helikopter take off pukul 11.30 dan diperkirakan akan tiba di Kuala Namu Internasional Airpot (KNIA), 45 menit berikutnya.
Akan tetapi ditengah perjalan, helikopter itu hilang dan diduga jatuh di Kecamatan Onanrunggu, Kabupaten Samosir. (nto)