Demi Surat Suara Template, Ratusan Tuna Netra di Surabaya Rela 2 Jam Nunggu KPU
Sebanyak 144 waga tuna netra Surabaya rela menunggu sampai dua jam hanya untuk mendengarkan sosialisasi KPU Kota Surabaya.
Editor: Sugiyarto
TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA - Sebanyak 144 waga tuna netra Surabaya rela menunggu sampai dua jam hanya untuk mendengarkan sosialisasi KPU Kota Surabaya.
Mereka akan dikenalkan surat suara khusus, surat suara template yang bisa diraba.
Pada kertas suara itu akan tertera semacam bekas tusukan jarum namun timbul.
Tusukan-tusukan timbul itu membentuk nomor urut calon. Tidak hanya nomor, juga tertulis nama pasangan calon.
Sesuai DPT di KPU Kota Surabaya, total pemilih tuna netra di kota ini sebanyak 144.
Dari jumlah ini, semua utuh menghadiri undangan KPU. Namun mereka harus rela menunggu dua jam di Gedung Balai Pemuda Surabaya.
"Sudah sejak jam 13.00 tadi. Tapi jam 15.00 baru dimulai," kata salah satu tuna netra menahan kesal.
Menjelang pukul 15.00 baru salah satu Komisioner KPU, Purnomo Satriyo, datang. Setelahnya baru sosialisasi Pilwali dimulai.
"Saya ucapkan terima kasih kepada Bapak dan Ibu semua," kata Purnomo.
Para tuna netra Surabaya itu tergabung dalam anggota DPC Persatuan Tuna Netra Indonesia (Pertuni) Surabaya.
Mereka di bawah kendali Slamet Riyadi selaku Ketua DPC Pertuni Surabaya.
"Semua teman-teman. Mari kita semua menghargai KPU. Meski kami lama menunggu".
"Namun kita semua harus berpartisipasi aktif dalam Pilwali nanti. Memberikan hak suara kita, mencoblos di TPS," kata Edi Ariawan, tuna netra asal Kelurahan Karangrejo, Kecamatan Wonokromo.
Namun, para tuna netra itu masih belum tahu bentuk surat suaranya. Apakah bentuk braille atau apa.
Komisioner KPU Nurul Amalia menjelaskan bahwa surat suaranya adalah template.
"Kami mencetak surat suara template sebanyak jumlah TPS, yakni 3.396 lembar. Jadi gantian jika ada tuna netra lebih dari satu".
"Surat suara template ini berisi tulisan dan angka timbul. Jadi tuna netra bisa meraba kemudian mencoblos," kata Nurul.
Meski disediakan satu surat suara di setiap TPS sebagai contoh, namun panitia di TPS juga akan membantu. Setidaknya membukkan surat suara itu. Namun saat mencoblos, pemilih tuna netra dibiarkan mencoblos sendiri.
"Surat suara template itu sebagai alat bantu coblos. Panitia memberikan surat suara seperti pemilih normal. Baru pemilih tuna netra ngeblat dengan template tadi. Jadi tak ada surat suara braille," kata Nurul.