Jatim Masih Jadi Lahan Subur Penyebaran Faham Radikalisme
Jawa Timur masih menjadi daerah subur untuk pengembangan paham radikal dan Islamic State Of Iraq dan Syiria (ISIS).
Editor: Sugiyarto
TRIBUNNEWS.COM, JOMBANG - Jawa Timur masih menjadi daerah subur untuk pengembangan paham radikal dan Islamic State Of Iraq dan Syiria (ISIS).
Paham radikal yang mengancam keutuhan bangsa ini kini telah menyebar di beberapa kabupaten dan kota khususnya pantura di Jatim.
Ini disampaikan Sekretaris PW Nahdlatul Ulama (NU) Ahmad Muzaky dalam acara ‘Dialog Paham Radikalisme Teroris dan ISIS Bertentangan dengan Paham Ahlussunah Wal Jamaah’ yang digelar BNPT bersama Sarbumusi di Aula Pesantren Mambaul Ma’arif Denanyar, Rabu (21/10/2015).
“Hampir seluruh daerah pinggiran di Jawa Timur telah dimasuki paham radikal dan ISIS. Polanya sebarnya sama,” ujarnya.
Salah satu pola yang digunakan mereka penyebar paham radikal dan ISIS ini melalui keluarga. Yakni adanya garis keturunan seperti yang ada di Magetan.
“Yang kedua adanya kesamaan gerakan atau pola organisasi. Termasuk mereka memanfaatkan warga yang menjadi TKI dan TKW. Dan mereka ini di Jatim jumlahnya sangat banyak,” imbuhnya.
Dibeberkan, beberapa daerah yang rawan antara lain Surabaya, Malang, Madura dan Magetan.
Muzakky menambahkan, tingginya penyebaran faham radikal ini harus mendapatkan perhatian semua pihak terutama kalangan pemerintah.
Karena rata-rata mereka yang direkrut dari ekonomi lemah, meski belakangan ada yang dokter.
”Karenannya pemerintah perlu memberikan sentuhan pembangunan khususnya di daerah pantura agar tidak ada ketimpangan. Dan juga program ekonomi untuk mereka,” tandasnya.
Deputi II Bidang Penindakan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Mayjen Pol Arief Dharmawan. Diungkapkan, Jawa Timur masih menjadi basis paham radikal bersama 12 provinsi lain di Indonesia.
Dan ini perlu mendapat perhatian semua pihak termasuk kalangan kyai dan pemuda.
”Data di kita, Jawa Timur merupakan salah satu basis. Hampir semua daerah ada, meski tidak semuanya sudah terdeteksi ada jaringan paham radikalesme dan ISIS ini,” tandasnya.
Sedangkan Abdurrahman Ayub, mantan Anggota Jamaah Islamiyah Mantiki Australia, mengakui, jaringan radikalisme masih berkembang di Indonesia. Dia mengaku keluar dari Jamaah Islamiyah saat di Australia.
Penyebab dia keluar, karena menilai ajaran yang didoktrinkan sudah melenceng dari Islam yang sebenarnya.
”Seperti mengkafirkan, men-thoghut-kan dan juga membunuh sesama muslim. Ini yang harus diwaspadai di Indonesia. Apalagi baiat untuk menjadi anggota sekarang sudah bisa dilakukan secara online,” tandasnya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.