Dosen UKSW Ini Ciptakan Tempe Bergizi Campuran Kedelai dan Ikan Nila
Dosen tersebut sukses menemukan dan menghasilkan produk pelengkap protein berupa tempe ikan sekitar dua tahun lalu (2013 –Red).
Editor: Sugiyarto
Laporan Tribun Jateng, Deni Setiawan
TRIBUNNEWS.COM, SALATIGA- Bersamaan dengan Simposium Internasional, Biro Inovasi Riset (BIR) Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) menggelar The 2nd SWCU Research Expo 2015 di kompleks dalam kampus yang berada di Jalan Diponegoro Kota Salatiga.
Ada belasan hasil karya riset baik dari mahasiswa, dosen, maupun industri yang dipamerkan dalam expo tersebut. Satu di antaranya adalah karya dosen Fakultas Biologi UKSW Lusiawati Dewi.
Dosen tersebut sukses menemukan dan menghasilkan produk pelengkap protein berupa tempe ikan sekitar dua tahun lalu (2013 –Red).
Tahun ini telah memperoleh Hak Paten di Dirjen Hak Kekayaan Intelektual (Haki) melalui Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Provinsi Jawa Tengah.
Secara umum, produk tersebut terlihat sama seperti tempe yang dijual dan dikonsumsi masyarakat.
“Sebagai inovasi terobosan tempe yang merupakan produk fermentasi kedelai oleh jamur Rhizopus oryzae atau Rhizopus oligosporus itu dipadu dengan ikan sehingga memberikan cita rasa khas atau gurih serta meningkatkan kadar protein pada tempe baik nabati maupun hewani".
"Untuk membuat cita rasa itu, bahan utama campuran di tempe yang cocok adalah ikan nila,” jelas Lusiawati kepada Tribun Jateng, Senin (26/10).
Selain itu, lanjutnya, daya simpan tempe juga lebih lama (lebih awet) dibandingkan dengan tempe pada umumnya.
Berdasarkan hasil riset, tempe ikan itu bisa bertahan atau tidak mengalami pembusukan hingga enam hari.
Dalam proses pembuatannya, yakni mencampurkan tepung ikan yang telah dibuat sebelumnya ke dalam fermentasi kedelai.
“Dengan demikian dari segi komposisi, tempe ikan mempu memberikan kandungan protein yang lengkap".
"Bukan sekadar sumber nabati dari kedelai, melainkan juga dari sumber hewani dari tepung ikan nila tersebut".
"Selain itu pula juga terdapat kandungan omega 3 yang lebih banyak. Tambahan tepung ikan juga membuat tekstur tempe lebih lembut dan rasanya lebih gurih,” jelasnya.
Lusia berharap, melalui pemberian paten di produk hasil pengembangan riset yang dilakukannya itu, dapat membantu para perajin tempe menjadi lebih higienis dan karya inovasi kreasi itu secara tidak langsung berkontribusi terhadap Pemkot Salatiga untuk menjadi makanan unggulan.
Selain itu, tempe ikan menjadi karya asli riset yang dilakukannya dan tidak mudah dicuri pihak tak bertanggungjawab ke depannya.
“Mempatenkan hasil karya termasuk riset teknologi merupakan fenomena baru. Tetapi kami sebagai lembaga di mana riset itu dihasilkan, ingin berupaya melindungi hak cipta mereka".
"Jika ada yang menggunakan atau memanfaatkan inovasi kreatif itu, harus meminta izin. Meskipun untuk sementara masih ditanggung kami, tidak masalah,” ujar Pembantu Rektor V Bidang Penelitian dan Pengabdian Masyarakat UKSW Neil S Rupidara. (*)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.