Kabut Asap di Riau Merenggut Nyawa Mereka
Rafka Rafanda Adinata yang masih berumur 2,5 tahun belum mengerti perihal kematian ayahnya Iqbal Ali
Editor: Sanusi
Pada bulan puasa lalu, tutur Lili, keluarga tidak tahu bahwa Lutfi mengikuti lomba azan. Keluarga baru tahu saat Lutfi pulang membawa piala juara kedua. Dia sangat bangga menunjukkan piala itu.
"Banyak orang yang mengatakan anak kami berbudi. Namun dia cepat dipanggil Allah. Kami sudah rela, namun rasanya sakit sekali apabila mengenangnya. Kami hanya memohon agar jangan sampai Lutfi-Lutfi lain menjadi korban karena asap ini," ujar Lili sembari meneteskan air mata.
Anggriawati
Ada pula cerita pedih yang lain lain. Muhanum Anggriawati (12) juga meninggal karena asap.
Selama seminggu bocah perempuan itu mengalami batuk parah. Ia jatuh tak sadarkan diri saat sedang bermain.
Dokter di RSUD Arifin Achmad mengatakan, lendir menumpuk di tenggorokan dan paru-parunya. Kamis, 10 September 2015, Anggriawati menghembuskan nafas terakhir.
Mukhlis, orang tua Anggriawati, mengatakan uang santunan dari pemerintah tidak akan mengembalikan nyawa putri sulungnya.
Dia sangat berharap Presiden Joko Widodo membuat langkah nyata dalam menuntaskan masalah bencana asap pada masa mendatang.
"Tidak ada orangtua yang rela anaknya meninggal dunia, apalagi gara-gara asap. Kami sebagai orang tua hanya dapat meminta agar Presiden benar-benar serius. Kami berdoa agar tidak ada lagi orang tua yang merasakan duka seperti yang kami alami," kata Mukhlis.
Menurut Mukhlis, sepeningal anaknya, dia dan istrinya kerap merasakan trauma pada setiap hari Kamis. Maklum, pada hari itulah Muhanum menghadap Yang Kuasa.
"Setiap malam Kamis, istri saya selalu menangis. Setiap Kamis kami lebih banyak diam dan merenung. Kami seakan trauma hari Kamis," kata Mukhlis.(Syahnan Rangkuti)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.