Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Unik, Sudah Tujuh Turunan Semua Penduduk Desa di Bali Ini Tak Bicara

Para turis asing yang mengunjungi Bali biasanya cenderung menggunakan bahasa Inggris untuk berkomunikasi dengan warga lokaL

Editor: Sugiyarto
zoom-in Unik, Sudah Tujuh Turunan Semua Penduduk Desa di Bali Ini  Tak Bicara
http://www.vice.com
Warga Desa Bengkala selama lebih dari tujuh generasi menggunakan bahasa kolok atau bahasa isyarat sebagai bahasa sehari-hari. 

TRIBUNNEWS.COM, BALI - Para turis asing yang mengunjungi Bali biasanya cenderung menggunakan bahasa Inggris untuk berkomunikasi dengan warga lokal, sebab tidak sedikit penduduk setempat yang menguasai bahasa Inggris.

Bahkan terkadang beberapa turis asing telah menguasai bahasa Indonesia, sebagai bahasa nasional di Indonesia.

Karena penduduk di Bali biasanya menggunakan dua bahasa tersebut untuk berbicara dengan turis atau wisawatan.

Akan tetapi, bila anda tiba di sebuah desa yang berada di hutan Utara Bali , ada bahasa yang lebih sulit dipahami.

Secara geografis, ini disebut bahasa, orang asing dan penduduk bali menyebutnya "Kata Kolok", bahasa yang tidak pernah diucapkan.

Kata kolok, dikenal sebagai "pembicaraan orang tuli," sebuah bahasa yang sangat unik, bahasa isyarat pedesaan, berbeda dengan bahasa isyarat internasional atau Indonesia.

Bahasa aneh ini sudah menjadi bahasa utama yang digunakan warga di di Desa Bengkala yang berada di hutan utara Bali Bengkala secara turun temurun.

Berita Rekomendasi

Di Bali, banyak penduduk lokal menyebut desa Bengkala sebagai "Desa Kolok" atau Desa Tuli.

Di Bengkala jumlah penduduk tuli lebih tinggi dibandingkan orang yang terlahir normal selama lebih dari tujuh generasi. Ada sekitar 3000 penduduk desa telah tuli sejak lahir.

Jumlah tersebut sangatlah banyak. Sebagai perbandingan, dari 1000 kelahiran bayi di Amerika Serikat, ada dua hingga tiga anak yang terlahir tuli.

Tingginya persentase tuli disebabkan oleh gen resesif geografis-centric, yang disebut DFNB3, yang telah hadir di desa selama lebih dari tujuh generasi.

Selama bertahun-tahun, penduduk desa percaya tuli itu hasil dari kutukan.

"Cerita yang terkenal adalah bahwa dua orang dengan kekuatan sihir berperang satu sama lain dan kemudian mengutuk satu sama lain untuk menjadi tuli," kata Ida Mardana, walikota desa Bengkala, yang bisa berbicara Bali, Indonesia, dan Inggris, dan kata kolok.

Ia mengatakan, arti dari Bengkala adalah tempat bagi seseorang untuk bersembunyi.

Halaman
12
Sumber: Surya
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas