Dianggap Nikahi Nyi Roro Kidul, Bupati Purwakarta Minta Habib Rizieq Tunjukkan Surat Nikah
"Coba saya minta sama Habib Rizieq tunjukkan bukti surat nikah saya dengan Nyi Roro Kidul dan dilakukan di Kantor Urusan Agama mana?" kata Dedi.
Editor: Y Gustaman
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Mega Nugraha
TRIBUNNEWS.COM, PURWAKARTA - Perseteruan Bupati Purwakarta, Dedi Mulyadi, dengan pimpinan Front Pembela Islam (FPI), Habib Rizieq Shihab, semakin melebar, kini giliran soal pernikahan.
Habibi Rizieq yang menuduh Dedi menikahi sosok yang diyakini penguasa pantai selatan Jawa, Nyai Roro Kidul, hanya ditanggapi Dedi dengan gelengan kepala dan tawa.
"Coba saya minta sama Habib Rizieq tunjukkan bukti surat nikah saya dengan Nyi Roro Kidul dan dilakukan di Kantor Urusan Agama mana?" kata Dedi seraya tertawa saat ditemui di Bale Citra Resmi, Kamis (26/11/2015).
Soal pernikahannya dengan Nyi Roro Kidul, kata Dedi, itu bentuk ungkapan kecintaan manusia atas kekayaan laut.
Ia menjelaskan, Nyi Roro Kidul disimbolkan sebagai kekuasaan dan keindahan lautan.
"Nyi Roro Kidul itu gambaran keindahan dan keeksotisan laut pantai selatan. Menikah dengan Nyi Roro Kidul itu punya maksud kita harus melindungi, merawat dan mencintai laut beserta kekayaan yang ada di dalamnya," terang Dedi.
Menurut dia, Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pujiastuti adalah sosok yang telah menyatu dengan Nyi Roro Kidul, menyatu dengan laut.
"Dia sudah bersatu dengan Nyi Roro Kidul, artinya dia menjaga laut, merawat isinya, merawat manusia yang menggantungkan penghasilan dari laut dan melindungi laut dengan cara membom kapal-kapal yang mencuri dan merusak laut kita," ujar Dedi.
Habib Rizieq juga mengomentari soal keberadaan kereta kencana yang disakralkan di Gedung Negara Pemerintah Kabupaten Purwakarta.
"Lha kalau Habib Rizieq mengharamkan kereta kencana, dia sama juga menghina daerah lain. Cirebon punya kereta kencana, Yogyakarta juga, Solo juga punya kereta kencana, sudah enggak bener itu mikirnya," tegas Dedi.
Dedi unggah video
Dituduh mengganti assalamualaikum dengan sampurasunoleh pimpinan Front Pembela Islam (FPI), Habib Rizieq Shihab, Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi mengunggah video bantahan di akun Twitternya, @DediMulyadi71, Kamis (26/11/2015).
"Saya selalu ucapkan assalamualaikum baru kemudian sampurasun dalam berbagai kesempatan," ujar Dedi dalam video berdurasi 30 detik itu.
Dalam video itu, https://twitter.com/DediMulyadi71/status/669880840533340161?s=09 Dedi duduk di atas panggung sebuah acara.
"Bismillahirrahmanirahim, assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Sampurasun. Daramang sadayana (Apa kabar semuanya)?" sapa Dedi kepada hadirin.
Sebelumnya diberitakan, pemilik akun Facebook, Asep Muhammad Nazar, mengungah potongan video ceramah Habib Rizieq di Purwakarta pada 13 November.
Dalam rekaman video itu, Habib Rizieq memplesetkan sampurasun jadi campuracun, sontak ceramahnya itu mengundang kritikan keras banyak tokoh Sunda di Jawa Barat.
Dalam keterangannya, Habib Rizieq mengkritk Bupati Purwakarta yang meninggalkan assalaamualaikum dan diganti dengan salam Sunda, Sampurasun.
Seolah Sampurasun Bertentangan dengan Islam
Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi membantah telah mengganti assalamualaikum menjadi sampurasun dalam kehidupan sehari-hari di Purwakarta.
Hal itu diungkapkannya untuk membantah tuduhan Habib Rizieq seperti diberitakan sebelumnya.
"Saya seorang muslim. Apakah benar tuduhan itu? Silakan ikuti kegiatan saya. Apakah dalam setiap pidato saya ada yang tanpa mengucap assalamualaikum?" ujar Dedi.
Dedi menilai ada upaya pemisahan antara budaya Sunda dengan Islam, seiring dengan pernyataan Ketua Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq Shihab yang menyebut sampurasun menjadi campur racun.
"Ini ada ketersinggungan kebudayaan, mereka memandang bahwa nilai-nilai budaya Sunda yang dipraktekkan di Jawa Barat bukan berasal dari orang Islam, seolah sampurasun itu bertentangan dengan Islam," ujar Dedi usai menghadiri rapat paripurna di Gedung DPRD, Rabu (25/11/2015).
Ia menyayangkan ulama besar seperti Rizieq Shihab ini melontarkan pernyataan yang menyinggung tata nilai yang sering digunakan masyarakat Sunda.